KESIMPULAN
Li sering disalah artikan menjadi sopan santun, hal ini akan menjadi kendala dalam mempelajari etika Tiongkok, sehingga diperlukan membaca berulang-ulang dalam memahami kata-kata yang tercantum dalam kitab klasik . Inti dasar dari etika para filsuf adalah ren atau kemanusiaan, bukan karena adanya bentuk hubungan vertikal antara manusia dengan mahluk adikodrati tapi lebih kepada karena hakekatnya manusia yang memang memerlukan etika sebagai suatu sarana mempertahanan eksistensi sebagai manusia. Dalam satu kisah Zen atau Chan Buddhism ada kisah seorang tabib kemiliteran yang mengalami depresi mental karena melihat para pasien yang korban perang itu disembuhkan olehnya kemudian maju berperang lagi untuk mendapat luka baru atau bahkan kematian, tapi kemudian ia menyadari hakekat dirinya bahwa dirinya adalah seorang tabib militer dan tabib militer itu adalah bertujuan mengobati tentara yang terluka.
Dari kisah ini kita bisa melihat bahwa manusia harus menyadari hakekatnya sebagai manusia, yaitu hiduplah sebagai manusia dan hakekat terdasar manusia adalah kemanusiaan, yang kemudian bisa berkembang menjadi berbagai macam aturan atau norma, etika yang melandasi atau menggaris bawahi bahwa itulah hakekat manusia atau mempertegas agar manusia tidak bisa keluar rel. Yang menarik adalah kemudian lahirnya kisah-kisah kepahlawanan dalam perang, seperti misalnya Guan Yu, seorang jendral perang dari era Tiga Negara (220-280 CE ) yang dikagumi karena sifatnya sebagai seorang militer yang beretika dalam berperang, cerita silat yang menceritakan kepahlawanan melawan kejahatan, etika moral para pesilat, yang jelas mendapatkan pengaruh dari filsafat perang, filsafat Tao dan filsafat Mo serta konsep-konsep keadilan Kong Zi.
Tapi para kaum pelajar Ruism pada umumnya menolak konsep-konsep maling budiman, karena mencuri adalah mencuri. Para pesilat itu pada umumnya digambarkan sebagai kaum outlaw atau juga mereka yang ada di luar sistem masyarakat atau dunia kang aw . Dalam menata etika masyarakat, diperlukan suatu sistem sosial masyarakat yang tegas, tapi Taoism menekankan konsep xiaoyao atau bebas dalam mengeskpresikan diri. Untuk sebagai balancing maka lahirlah konsep kang aw seperti yang ditulis di atas. Dan dalam praktek keseharian, anak-anak sejak dini diajarkan San Zi Jing 三字�” maupun Di Zi Gui 弟子規, yang merupakan pengajaran dasar pembentukan moralitas dan etika.