Budaya Tionghoa

Forum Budaya & Sejarah Tionghoa

Menu
  • HOME
  • FB GRUP
  • FB PAGE
  • MAILING-LIST
  • Photo
  • Esai & Opini
Menu

Tag: dewa

TRADISI MENGANTAR DEWA DAPUR SEBAGAI SARANA PERBAIKAN DIRI ( BAG.1 )

Posted on October 2, 2016 by Ardian Zhang

TRADISI MENGANTAR

DEWA DAPUR

SEBAGAI SARANA PERBAIKAN DIRI

 

 

          Setiap budaya dan kepercayaan mengenal suatu sistem “penyesalan dan merevisi diri”.  Tujuannya agar membangun masyarakat yang tertib dan damai. Mengarahkan manusia agar mengingat kelakuannya dan merevisi diri. Tanpa adanya revisi dan penyesalan, manusia sulit untuk bergerak maju ke depan menuju lebih baik lagi dalam kehidupan dan kualitas hidup duniawinya. Sedangkan dari sudut spiritualitas dan religiusitas, laku “penyesalan dan revisi diri” meningkatkan spiritualitasnya.

            Buddhisme Mahayana Tiongkok dan Taoisme mengenal “doa penyesalan” 懺悔文.  Penyesalan menjadi amat penting dalam ritual maupun praktek kehidupan sehari-hari bagi manusia. Praktek ini diperlukan karena manusia memiliki nafsu-nafsu indriawi yang perlu dikontrol, selain itu manusia memiliki dasar-dasar kebaikan yang perlu dipupuk serta dipelihara. Jika perbuatan-perbuatan jahat yang merugikan orang lain itu tidak disadari dan disesali, maka hati manusia yang baik itu menjadi meredup dan lenyap. Nafsu-nafsu indirawi semakin menguat dan memperbudak diri manusia.

Read more

Dewa Fazhugong 法主公

Posted on August 11, 2016 by Liu Wei Lin

Dewa Fazhugong 法主公

Fazhugong gelarnya yang lengkap adalah Du Tian Dang Mo Jian Lei Yu Shi Zhang ShengFa Zhu Zhen Jun (都天荡魔监雷御史张圣法主真君) disingkat menjadi Fa Zhu Sheng Jun ( 法主圣君), Du Tian Sheng Jun ( 都天圣君) , biasa disebut dengan Fazhugong ( 法主公) ,orang Hakka menyebutnya sebagai ” Shin Kiun Ya ( shengjunye 圣君爷). adalah salah satu dewa kepercayaan orang Han ( tionghoa ) didaerah Fujian, Taiwan, dan Guangdong sekitarnya,dan juga sebagai salah satu dewa yang dihormati dan dipuja dalam Taoisme mazhab Zhengyi ( 道教正一道) , dan ada juga orang memasukannya kedalam kelompok aliran Taoisme yang tercampur dengan buddhisme yakni aliran Lvshan (道教闾山派) . Umat di daerah Fujian dan Guangdong percaya bahwa dewa Fazhugong memiliki tugas sebagai dewa yang mewakili Hao Tian Shang Di ( Penguasa alam Dewa ) untuk mengawasi umat manusia, dimana setiap terjadi gerhana bulan akan melaporkan kejahatan dan kebaikan umat manusia di dunia ini ke istana langit, kemudian menghukum orang jahat, menangkap iblis jahat. Kepercayan kepada Dewa Fazhugong populer di daerah Fujian, terutama di Fuzhou, Quanzhou, Zhangzhou, serta daerah Guangdong seperti Chaozhou, Meizhou dll. Kepercayaan terhadap Fazhugong dimulai pada abad ke 17 dimana dimulai dari kota Anxi ( Fujian) kemudian menyebar ke Taiwan, terutama di kota Taipei. Kota Kaohsiung didistrik Meinong merupakan daerah yang utama bagi orang Hakka memuja dan percaya kepada dewa Fazhugong.

Read more

Menyambut Rejeki (Kemakmuran) di Malam Tahun Baru Imlek

Posted on April 24, 2016 by Ardian Cangianto

Menyambut Rejeki (Kemakmuran) di Malam Tahun Baru Imlek

 

Kita sering dengar “open house” pada saat perayaan-perayaan tertentu. Misalnya saat Imlek atau Idul Fitri, mereka dari kalangan yang mampu mengadakan “open house” bagi kaum fakir miskin. Mereka membagi-bagi rejeki kepada kaum fakir miskin, memang hal itu adalah hal yang baik. Karena melaksanakan amal dan membagi keuntungan yang didapat selama ini bagi kaum yang tidak mampu. Tapi dalam masyarakat Tionghoa ada satu tradisi yang mulai melenyap.

Read more

Menjelajahi misteri ciamsi dan pwa pwee ( bag.2 tamat )

Posted on April 22, 2016 by Ardian Cangianto

Ciamsie dan Pwapewe Sebagai Sarana Kehidupan dan Komunikasi

                Pada umumnya sebagian besar masyarakat Tionghoa dan juga para penganut kepercayaan Tionghoa tidak mengetahui secara jelas apa yang dimaksud dengan ciamsi 籤詩dan kiuciam/ qiuqian 求籤. Ciam artinya adalah batang bambu yang digunakan untuk divination. Kiu ciam adalah “memohon ciam” dan ciamsie adalah kertas hasil ciuciam yang isinya syair-syair.

Read more

Uang dalam perspektif budaya dan filsafat Tionghoa ( bag.3 tamat )

Posted on June 14, 2015December 1, 2022 by Ardian Zhang

Nilai dan guna dari uang

Orang Tionghoa mengenal pepatah “uang bukan serba bisa tapi tanpa uang berlaksa hal tidak bisa ( dikerjakan)” ( 錢不是萬能 沒錢萬萬不能 ). Jaman sekarang, masyarakat sudah terlalu mengagungkan materi. Segala sesuatu yang ada memiliki nilai sehingga seolah-olah tanpa uang tidak bisa hidup. Dalam literature klasik Tiongkok, sejak awal sudah ada pembahasan tentang “dewa uang”[1]. Tapi, yang disebut sebagai “dewa uang”, sebenarnya tidak sama seperti dewa dalam pandangan masyarakat pada umumnya. Sebenarnya , “dewa uang” itu menunjuk pada uang itu sendiri. “Dewa uang” hanya sebagai analogi dan simbol, lebih pada satu ekspresi masyarakat dan system terhadap pengejaran maupun mengidolakan pada kekayaan[2].

Read more
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • Next
Budaya Tionghoa

Recent Posts

  • Apa dan Bagaimana Shengren: Sebuah notulensi
  • REVIEW FILM : MULAN 2020
  • KISAH SEDIH TENTANG PUISI LI MOCHOU „AKU BERTANYA PADA DUNIA APAKAH CINTA ITU?“
  • BAO ZHENG – HAKIM YANG JUJUR
  • LI BAI ( LI TAI PO ) – PUJANGGA TERMASYHUR
  • TATA CARA PENULISAN TABLET PAPAN ARWAH
  • PAN AN – SASTRAWAN ERA DINASTI JIN BARAT
  • BERKETUHANAN MENURUT TAOISME
  • Daodejing bab 81
  • Daodejing bab 62

Recent Comments

  1. Erwin R Tan on KELENTENG DAN AGAMA BUDDHA MENUJU KEHARMONISAN
  2. Huang Dada on REVIEW FILM : MULAN 2020

Archives

Categories

agama Bandung budaya budaya tionghoa buddhisme capgome dewa Diaspora dinasti ming dinasti qing dinasti song dinasti tang fengshui Festival filsafat fotografi hakka Hengki hokkian Huangdi imlek jin yong kelenteng kematian kisah laozi lasem Li Bai Marga marga li marga tan marga tionghoa peranakan pernikahan sastra seri LF she Siauw Giok Tjhan sne tao taoism taoisme tibet tionghoa zheng he

© 2023 Budaya Tionghoa | Powered by Minimalist Blog WordPress Theme