Budaya Tionghoa

Forum Budaya & Sejarah Tionghoa

Menu
  • HOME
  • FB GRUP
  • FB PAGE
  • MAILING-LIST
  • Photo
  • Esai & Opini
Menu

Tag: agama

AGAMA DAN POLITIK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK

Posted on September 7, 2018 by Ardian Cangianto

AGAMA  DAN POLITIK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK

ABSTRAK

Dalam perkembangan politik Indonesia, agama memegang peranan yang tidak dapat dikesampingkan begitu saja, dimana symbol symbol keagamaan masih memegang peranan dalam bidang politik. Agama berbondong-bondong meraih peran dalam dunia perpolitikan dan dunia perpolitikan juga meraih dukungan dari agama. Hanya saja dalam kondisi masyarakat yang majemuk seperti di Indonesia ini, peranan agama tidak selalu memberikan kontribusi positif dalam dunia perpolitikan ini. Selain berkaitan dengan agama, politik juga berkaitan dengan ekonomi, sehingga dunia politik Indonesia itu memiliki hubungan segitiga antara politik, ekonomi dan agama.

 

Read more

TRADISI MENGANTAR DEWA DAPUR SEBAGAI SARANA PERBAIKAN DIRI ( BAG.1 )

Posted on October 2, 2016 by Ardian Zhang

TRADISI MENGANTAR

DEWA DAPUR

SEBAGAI SARANA PERBAIKAN DIRI

 

 

          Setiap budaya dan kepercayaan mengenal suatu sistem “penyesalan dan merevisi diri”.  Tujuannya agar membangun masyarakat yang tertib dan damai. Mengarahkan manusia agar mengingat kelakuannya dan merevisi diri. Tanpa adanya revisi dan penyesalan, manusia sulit untuk bergerak maju ke depan menuju lebih baik lagi dalam kehidupan dan kualitas hidup duniawinya. Sedangkan dari sudut spiritualitas dan religiusitas, laku “penyesalan dan revisi diri” meningkatkan spiritualitasnya.

            Buddhisme Mahayana Tiongkok dan Taoisme mengenal “doa penyesalan” 懺悔文.  Penyesalan menjadi amat penting dalam ritual maupun praktek kehidupan sehari-hari bagi manusia. Praktek ini diperlukan karena manusia memiliki nafsu-nafsu indriawi yang perlu dikontrol, selain itu manusia memiliki dasar-dasar kebaikan yang perlu dipupuk serta dipelihara. Jika perbuatan-perbuatan jahat yang merugikan orang lain itu tidak disadari dan disesali, maka hati manusia yang baik itu menjadi meredup dan lenyap. Nafsu-nafsu indirawi semakin menguat dan memperbudak diri manusia.

Read more

Sistematisasi “Agama Tionghoa” Tantangan yang dihadapi oleh Organisasi-organisasi “Tiga-Ajaran” Kontemporer di Indonesia ( bagian 2 tamat )

Posted on April 23, 2016 by Tsuda Koji

IV. Sumber-sumber Pengetahuan Keagamaan

 

1. Sumber-sumber Intelektual

 

Dalam masa pasca Soeharto, dan ditambah oleh faktor-faktor seperti pengakuan resmi terhadap Konfusianisme dan membangkitnya organisasi-organisasi Taosime, konfigurasi dalam “Agama Tionghoa” mengalami perubahan besar. Di bawah tekanan untuk mereorganisasi, organisasi-organisasi ini sibuk melakukan sistematisasi untuk memperoleh kemajuan sambil mempertahankan persatuan. Lebih banyak penelitian harus dilakukan untuk menyajikan kesimpulan yang komprehensif tentang situasi yang berlangsung ini. Namun sebagai studi awal, jika kita memperhatikan sumber-sumber pengetahuan bagi organisasi-organisasi masing-masing dalam usaha reorganisasi ini, akan menyoroti beberapa karakteristik dari gerakan ini ke arah sistematisasi keagamaan.

Read more

Sistematisasi “Agama Tionghoa” Tantangan yang dihadapi oleh Organisasi-organisasi “Tiga-Ajaran” Kontemporer di Indonesia ( bagian 1 )

Posted on April 23, 2016 by Tsuda Koji

Kertas Kerja DORISEA oleh Tsuda Koji, terbitan 18, 2015, ISSN: 2196-6893

 

 

Tsuda Koji

 

Sistematisasi “Agama Tionghoa”

Tantangan yang dihadapi oleh Organisasi-organisasi “Tiga-Ajaran” Kontemporer di Indonesia

 

Penterjemah: Ratna Tri Lestari Tjondro

 

 

 

Sejak kejatuhan rezim Soeharto pada tahun 1998, kondisi sosial-politik etnik Tionghoa di Indonesia telah meningkat secara drastis, sementara pengawasan Pemerintah terhadap institusi-institusi keagamaan telah melemah. Artikel ini difokuskan pada perubahan-perubahan yang sedang terjadi yang relatif tidak menarik perhatian tapi penting mengenai “Agama Tionghoa (Chinese Religion)” di masa sesudah pemerintahan Soeharto. Pada awal abad ke-20 para cendekiawan Peranakan Tionghoa (etnik Tionghoa yang melokalisir baik dalam hal kebudayaan dan keturunan) di Hindia Belanda Timur menemukan Konfusianisme dan mengembangkan “Sam Kauw” dalam usaha mereka mencari “tonggak spiritual untuk orang Tionghoa”. Gerakan ini didorong oleh gerakan nasionalis Tionghoa, dan kristianisasi etnik Tionghoa. “Sam Kauw” atau “Tridharma” digambarkan sebagai “Agama Tionghoa tradisional” yang holistik, yang mencakup Buddhisme, Konfusianisme dan Taoisme, begitu juga penyembahan terhadap leluhur dan praktek-praktek agama rakyat di klenteng-klenteng Tionghoa. Namun, dari pertengahan tahun 1960 di bawah rezim Soeharto, organisasi-organisasi yang membawahi Tridharma hanya berfungsi sebagai pelindung klenteng-klenteng Tionghoa, dan melakukan sedikit “aktivitas-aktivitas keagamaan”. Setelah masa Soeharto, menyusul perubahan-perubahan pada susunan “Agama Tionghoa” yang disebabkan, antara lain oleh pengakuan kembali Konfusianisme sebagai agama yang diakui secara resmi, organisasi-organisasi Tridharma telah mulai mempertegas kembali alasan mereka dengan membangun doktrin-doktrin dan menstandardisasi upacara-upcacara. Dalam artikel ini saya menawarkan suatu gambaran tentang proses-proses sejarah, sebelum meninjau usaha-usaha penting untuk mensistematisasi keagamaan yang dilakukan oleh tiga organisasi Tridharma baru-baru ini; satu di Jawa Barat (Majelis Agama Buddha Tridharma Indonesia), satu di Jawa Timur (Perhimpunan Tempat Ibadat Tri Dharma se-Indonesia), dan cabang terakhir di Jawa Tengah. Selanjutnya, saya menganalisa sumber-sumber pengetahuan keagamaan yang didapat untuk menunjang usaha-usaha sistematisasi ini.

 

Kata-kata kunci: “Agama Tionghoa”, Tridharma (Tri Dharma), masa pasca Soeharto, etnik Tionghoa

Read more

PANDANGAN FILOSOFIS TIONGHOA MEMANDANG MATI BAGAIKAN HIDUP Bag.5 ( tamat )

Posted on April 22, 2016 by Ardian Cangianto

Apa yang terjadi saat kita meninggal ?

            Roh yang meninggal dijemput oleh Hei wuchang 黑無常dan Bai wuchang 白無常. Wuchang adalah istilah dalam Ruism, Taoism dan Buddhisme Mahayana Tiongkok. Dalam Buddhisme disebut  anicca,artinya tiada yang bersifat abadi  ( segala sesuatu adalah perubahan ).

Read more
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • Next
Budaya Tionghoa

Recent Posts

  • Apa dan Bagaimana Shengren: Sebuah notulensi
  • REVIEW FILM : MULAN 2020
  • KISAH SEDIH TENTANG PUISI LI MOCHOU „AKU BERTANYA PADA DUNIA APAKAH CINTA ITU?“
  • BAO ZHENG – HAKIM YANG JUJUR
  • LI BAI ( LI TAI PO ) – PUJANGGA TERMASYHUR
  • TATA CARA PENULISAN TABLET PAPAN ARWAH
  • PAN AN – SASTRAWAN ERA DINASTI JIN BARAT
  • BERKETUHANAN MENURUT TAOISME
  • Daodejing bab 81
  • Daodejing bab 62

Recent Comments

  1. Erwin R Tan on KELENTENG DAN AGAMA BUDDHA MENUJU KEHARMONISAN
  2. Huang Dada on REVIEW FILM : MULAN 2020

Archives

Categories

agama Bandung budaya budaya tionghoa buddhisme capgome dewa Diaspora dinasti ming dinasti qing dinasti song dinasti tang fengshui Festival filsafat fotografi hakka Hengki hokkian Huangdi imlek jin yong kelenteng kematian kisah laozi lasem Li Bai Marga marga li marga tan marga tionghoa peranakan pernikahan sastra seri LF she Siauw Giok Tjhan sne tao taoism taoisme tibet tionghoa zheng he

© 2023 Budaya Tionghoa | Powered by Minimalist Blog WordPress Theme