Budaya-Tionghoa.Net | Fangsheng adalah tradisi melepaskan binatang seperti burung, ikan, kura-kura ke alam bebas. Pada umumnya mereka membeli binatang-binatang tersebut untuk dilepaskan lagi. Landasan untuk fangsheng pada umumnya dianggap adalah metta karuna terhadap semua mahluk, dan merupakan pelaksanaan dari Pancasila Buddhism 佛教五戒, kitab-kitab pendukungnya misalnya adalah Ksitigarbha Sutra 地藏本願經, Brahmajala Sutra 梵王經, Mahaprajnaparamitasastra大智度論dan lain-lain, sering dianggap merupakan tradisi agama Buddha Mahayana Tiongkok.
  | 
||||
 Kebiasaan untuk fangsheng bisa kita lihat saat-saat tertentu  misalnya  saat tahun baru Imlek新年, Qing Ming 清明( Cheng Beng ), Gui Yue  鬼月( cit  gwee ) atau saat ritual tolak bala 祭煞科儀.  Tradisi seperti ini  sudah  berumur ribuan tahun lamanya dan faktor agama Buddha hanya salah  satu  faktor pendukung tidak seperti yang dibayangkan pada umumnya bahwa   tradisi fangsheng adalah tradisi agama Buddha.
 Pada umumnya orang  jaman sekarang banyak yang berpikiran rasional dan  sudah tidak begitu  menyetujui fangsheng dengan cara membeli binatang di  pasar dan  dilepaskan kembali. Taoism dalam kitab Chongxu 沖虛真經 atau yang  dikenal  dengan kitab Lie Zi 列子 dengan tegas menolak cara fangsheng  sebagai cara  yang disebut melakukan budi besar.
 Bagi Lie Zi,  membeli binatang untuk dilepas kembali adalah membuat  fangsheng  menjadi blunder karena akan membuat banyak orang  berbondong-bondong  menangkap binatang untuk kemudian dijual, jadi tidak  sesuai dengan asas  welas asih dan menjadi suatu tindakan you wei 有為  bukan wuwei 無為.  Tindakan wuwei seharusnya tidak akan mengundang reaksi  negative seperti  misalnya mengundang orang-orang berbondong-bondong  menangkap burung  jiu 鳩鳥 ( seperti burung gereja bentuknya ) dan dijual  kepada Zhao  Jianzi 趙簡子 untuk dilepas pada saat tahun baru. Berdasarkan  kisah yang  ditulis dalam kitab Liezi menunjukkan bahwa tradisi membeli  dan  melepaskan binatang sudah dikenal kurang lebih 2300 tahun yang  lampau  di daratan Tiongkok dan dikitab tersebut menuliskan tentang  tradisi  fangsheng yang tertua dalam catatan sejarah Tiongkok dan  kemungkinan  bisa lebih dari 2300 tahun tradisi itu.
 Apa yang  tertulis dalam kitab Lie Zi adalah kritik cara fangsheng  seperti  itu,jadi jauh sebelumnya sudah ada kritikan yang sayangnya tidak   bergaung luas. Seiring perkembangan Buddhism di Tiongkok, maka tradisi   fangsheng semakin meluas, dan disertai tatacara untuk fangsheng dan   melupakan makna fangsheng sesungguhnya.
 Ada  banyak pandangan tentang fangsheng ini, terutama berkaitan dengan   tradisi kias atau tolak bala, misalnya melepaskan burung sejumlah tahun   kelahiran dan dilaksanakan misalnya pada saat tahun baru atau saat   tertentu. Ini adalah tradisi yang lumrah berkembang dikalangan   masyarakat dan juga banyak dilakukan dengan kegiatan yang dilakukan   secara terorganisir. Apakah cara dan pandangan ini memberikan hasil ?   Pertanyaan ini sama saja dengan bertanya apakah cara melepas katak 放生蛤蟆   untuk permohonan hujan pada masa dinasti Han itu efektif ? Jika ditanya   apakah efektif atau tidak, dalam catatan sejarah dinasti Han, melepas   katak dan disertai upacara besar ternyata membuahkan hasil. Bagi mereka   yang mempercayai tata cara kias dengan melepas binatang bisa  memberikan  hasil tentunya jangan disalahkan begitu saja dengan  menggunakan kacamata  modern. Yang terutama adalah sikap welas asih yang  harus menjadi  landasan utama upacara fangsheng itu, bukan karena ingin  suatu  pembalasan timbal balik. Seperti tertulis dalam kitab Taishang  Xuhuang  Tianzun 49 bab 太上虛皇49章經 menuliskan “Segenap mahluk ingin hidup  dan tidak  ingin mati ( maksudnya dibunuh begitu saja), nyawaku laksana  nyawa  mereka.”  Ini adalah salah satu landasan dan kitab yang digunakan  saat  ada upacara fangsheng di Taoism. Jadi upacara fangsheng itu  melandaskan  sikap welas asih dan sikap welas asih itu harus disertai  prajna atau  zhihui 智慧 ( kebijaksanaan ) bukan membabi buta.
 Apakah fangsheng membawa karma baik atau memberikan efek baik ? Ini   adalah pertanyaan yang umum terjadi, fangsheng membawa manfaat dan   memberikan efek, tapi seperti yang ditulis dalam kitab Tao, bahwa   fangsheng itu harus memiliki prinsip welas asih yang bersifat mondial   bukan sempit. Dalam Fangsheng wen 放生文 dan Shasheng qijie 殺生七戒 tertulis   bahwa manusia dan binatang yang lain sebenarnya berasal dari satu sumber   yang sama yaitu TAO, karena itu harus memiliki welas asih. Tapi disini   bukan berarti semua harus vegetarian, kita tetap ada yang memakan  daging  tapi dengan asas perut bukan asas lidah. Dan tidak memakan  binatang  yang aneh-aneh, makan yang wajar saja, perlakukan binatang itu  dengan  baik.
 Kong Zi sendiri dalam Lun Yu mengajarkan bahwa Kong  Zi hanya memancing  tidak menjala ikan, tidak memanah burung yang sedang  bersarang. 
Artinya adalah Kong Zi menghargai binatang dan memakannya berdasarkan kebutuhan perut, bukan kesenangan dalam berburu. Pandangan Kong Zi ini juga termasuk fangsheng, juga seperti yang diujarkan Meng Zi, jika menjala ikan, gunakanlah jarring-jaringnya yang lebar sehingga anak ikan bisa hidup dan siklus alam tetap terjaga. Jadi dari sini saja terlihat bahwa fangsheng tidak selalu berarti melepas binatang ke alam bebas. Buddhism juga membicarakan fangsheng, misalnya dalam Bhaisajyaguru Sutra menuliskan tentang fangsheng yang akan membuat orang sembuh dari penyakit, Mahaprajnaparamitasastra menuliskan bahwa pahala fangsheng adalah nomor 1 dan banyak lagi tentang fangsheng.
 Permasalahannya adalah fangsheng itu seperti apa ? Apakah sekedar   melepas burung untuk kemudian ditangkap kembali, atau seperti ada rekan   yg menulis melepaskan kura-kura Brazil di pantai Ancol ? Kita perlu   ingat bahwa banyak binatang itu adalah binatang yang diternak atau   dipelihara, jadi jika dilepas ke alam bebas, bisa jadi binatang itu mati   karena tidak tahu bagaimana mencari makan di alam bebas.
 Dahulu ada film yang berjudul “Free Willy” yang menceritakan seorang   bocah melepas ikan paus Orca ke alam bebas, terlihat begitu mudah,   ternyata Keiko, ikan paus Orca yang memerankan sebagai Willy dalam film   tersebut adalah ikan paus Orca sirkus dan saat hendak dilepas ke alam   bebas, memerlukan waktu hampir 2 tahun untuk melatih Keiko agar bisa   survive di alam bebas. Itulah kebijaksanaan saat fangsheng. Dalam banyak   sutra Buddhism tertulis menolong nyawa saat terancam adalah pahala   tertinggi atau fangsheng kelas wahid. Misalnya dalam Zhengfa nianjing   正法念經 tertulis “Lebih baik menolong satu nyawa dibanding membangun   vihara”. Sekarang kita lihat arti kata fangsheng yang bermakna   melepaskan satu kehidupan, yang berarti kita menolong mereka yang sedang   terancam bahaya atau pembunuhan.
 Jadi fangsheng itu seperti apa ? Silahkan dijawab sendiri.
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan LINK aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.