Budaya Tionghoa

Forum Budaya & Sejarah Tionghoa

Menu
  • HOME
  • FB GRUP
  • FB PAGE
  • MAILING-LIST
  • Photo
  • Esai & Opini
Menu

Tag: filsafat

Uang dalam perspektif budaya dan filsafat Tionghoa ( bag.3 tamat )

Posted on June 14, 2015December 1, 2022 by Ardian Zhang

Nilai dan guna dari uang

Orang Tionghoa mengenal pepatah “uang bukan serba bisa tapi tanpa uang berlaksa hal tidak bisa ( dikerjakan)” ( 錢不是萬能 沒錢萬萬不能 ). Jaman sekarang, masyarakat sudah terlalu mengagungkan materi. Segala sesuatu yang ada memiliki nilai sehingga seolah-olah tanpa uang tidak bisa hidup. Dalam literature klasik Tiongkok, sejak awal sudah ada pembahasan tentang “dewa uang”[1]. Tapi, yang disebut sebagai “dewa uang”, sebenarnya tidak sama seperti dewa dalam pandangan masyarakat pada umumnya. Sebenarnya , “dewa uang” itu menunjuk pada uang itu sendiri. “Dewa uang” hanya sebagai analogi dan simbol, lebih pada satu ekspresi masyarakat dan system terhadap pengejaran maupun mengidolakan pada kekayaan[2].

Read more

Uang dalam perspektif budaya dan filsafat Tionghoa ( bag.2 )

Posted on June 11, 2015December 1, 2022 by Ardian Cangianto

Uang dalam perspektif budaya dan filsafat Tionghoa ( bag.2 )

Ekonomi menopang dan menghancurkan kekuasaan

Jizi 箕子 (± 1100 BCE) saat ditanya oleh raja Zhou Wuwang mengenai perdagangan, dijawab bahwa ada delapan urusan pemerintah, antara lain yang pertama adalah makanan dan yang kedua adalah komoditi (barang dagangan)[1]. Barang dagangan yang dimaksud adalah barang produksi pertanian maupun peternakan, misalnya sutra, kulit binatang, keranjang ayaman dan sebagainya. Ini menunjukkan bahwa perekonomian adalah hal yang amat penting dalam mengatur negara. Pemikiran Jizi ini ditambahkan oleh Kongzi bahwa semua yang bersifat profit atau keuntungan harus bersifat adil. Jika tidak ada keadilan dalam mengejar keuntungan maka yang timbul adalah amarah. Negara dalam hal ini memegang peranan penting dalam mengatur keadilan itu. Kongzi sendiri menyatakan bahwa “ semua tindakan yang mengutamakan profit akan menimbulkan dendam” ( 放于利而行多怨). Agar tidak terjadi pergesekan antara kalangan kelas atas dengan kelas bawah, maka perlu adanya suatu system keadilan dalam meraih keuntungan. Pemikiran ini dapat dilihat dari pemikiran Kongzi tentang konsep keuntungan dan peranan pemimpin yang harus adil[2]. Peranan ekonomi dalam menstabilkan negara dan menjaga ketertiban umum dapat dilihat dari pepatah bahwa “rakyat yang terutama bagi  yang menjadi raja ( pimpinan ), makanan yang terutama bagi rakyat” ( 王者以民為天 民以食為天 )[3].

Read more

Pengajaran Etika dalam Realitas Kemasyarakatan Negara

Posted on May 31, 2015 by Yu Yongde
Budaya-Tionghoa.Net| Dalam sebuah kesempatan seorang rekan berkata demikian:
“Saya tadi kongkow dengan beberapa teman negara XYZ. Saya kasih lihat video clip Dizigui dari teman dan tanggapannya enteng ‘sudah pernah nonton. Kita juga hafal di luar otak Dizigui dan buku-buku lainnya. kita diajarkan di sekolah. Masalahnya kita tidak bisa cari makan dengan itu. Dunia di sini butuh hidup keras. Kalau kita ikutin itu, tidak bisa hidup. Cuma orang-orang seperti kamu yang banyak waktu, yang sempet urusan dengan itu.’ Saya garuk kepala dibuatnya.”
Read more

MANUSIA DAN BAHASA

Posted on October 22, 2014 by Ardian Cangianto

Budaya-Tionghoa.Net |Manusia dalam berinteraksi antara satu dengan yang lain itu menggunakan “bunyi” yang disebut kata, kata ini adalah bagian dari bahasa. Ernst Cassier menuliskan bahwa “Demoskritos-lah orang yang pertama mengajukan tesis bahwa bahasa manusia berasal dari bunyi-bunyi tertentu yang semata-mata bersifat emosional”[1]. Apa yang disebut manusia ? Manusia adalah mahluk yang berkata. “Manusia disebut manusia, adalah ( karena ) kata. Manusia tidak dapat berkata, bagaimana menjadi manusia” (人之所以为人者言也 人而不能言 何以为人)[2]. Dengan bunyilah manusia merefleksikan perasaannya yang disebabkan adanya unsur-unsur luar, seperti ditulis dalam kitab Liji “Asal dari bunyi, berasal dari hati manusia. Gerak dari hati manusia, berasal dari benda (pengaruh luar ) ( 凡音之起, 由人心生也. 人心之動, 物使然也)[3] . “Interaksi dengan benda melahirkan gerak, terbentuk dengan suara. Suara saling berinteraksi, itulah melahirkan ragam. Ragam menjadi fang( 5 nada ), itulah bunyi”( 感于物而動, 故形于聲.聲相應,故生變. 變成方,謂之音)[4].

Read more

Merawat Hidup Ala Taoisme dan Interaksinya dengan Dunia (Bagian 2 Tamat)

Posted on August 12, 2014 by Ardian Zhang

道教養生與世界互動

 

Oleh : Prof. Lv Xichen

3.Raih kehampaan menjaga keheningan—

Budaya-Tionghoa.Net | “Aktulisasi diri”,”mengenal diri”,”setiap org ada apresiasi” adalah kegelisahan rohani yang diatasi dengan makna dangkal dari “memeluk kesederhanaan kembali ke asli”, yang dimaksud adalah dengan menghargai dan menjaga karakter asali setiap orang, membuat distinksi, kestabilan hubungan, juga mengandung karakterisitik total tendesi/kecenderungan karakter yang pasti (ke dalam dan ke luar), ini adalah setiap orang yang berbeda.

Read more
  • Previous
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • Next
Budaya Tionghoa

Recent Posts

  • Mengintepretasikan dengan Rekan-rekan Daode Jing Bab 2
  • List Buku-buku yang Diterbitkan dan atau Kerjasama dengan Grup Budaya Tionghoa
  • Daode Jing bab 1, Awal dari Mulainya Penamaan (dan Pemaknaan Kami)
  • Apa dan Bagaimana Shengren: Sebuah notulensi
  • REVIEW FILM : MULAN 2020
  • KISAH SEDIH TENTANG PUISI LI MOCHOU „AKU BERTANYA PADA DUNIA APAKAH CINTA ITU?“
  • BAO ZHENG – HAKIM YANG JUJUR
  • LI BAI ( LI TAI PO ) – PUJANGGA TERMASYHUR
  • TATA CARA PENULISAN TABLET PAPAN ARWAH
  • PAN AN – SASTRAWAN ERA DINASTI JIN BARAT

Recent Comments

  1. Andi Anwar on Mengenal Ciswak [2]
  2. Erwin R Tan on KELENTENG DAN AGAMA BUDDHA MENUJU KEHARMONISAN
  3. Huang Dada on REVIEW FILM : MULAN 2020

Archives

Categories

agama Bandung budaya budaya tionghoa buddhisme capgome dewa Diaspora dinasti ming dinasti qing dinasti song dinasti tang fengshui Festival filsafat fotografi hakka Hengki hokkian Huangdi imlek jin yong kelenteng kematian kisah laozi lasem Li Bai Marga marga li marga tan marga tionghoa peranakan pernikahan sastra seri LF she Siauw Giok Tjhan sne tao taoism taoisme tibet tionghoa zheng he

© 2023 Budaya Tionghoa | Powered by Minimalist Blog WordPress Theme