Budaya-Tionghoa.Net | Duta Besar RRT di Indonesia Lu Shumin selama beberapa hari belakangan ini terus menerus baru bisa tidur selepas larut malam, bahkan pada saat wartawan ini berkunjung ke kediamannya, berkali-kali wawancara terputus oleh hal-hal yang mendesak. Beliau berkata, saat ini tugas terpenting bagi Kedubes adalah mengurus masalah bantuan dari Pemerintah Tiongkok, meneruskan salam dan simpati rakyat Tiongkok untuk disampaikan langsung kepada penduduk di daerah bencana.
|
Dubes Lu berkata, saat bencana terjadi tanggal 26 Desember tahun lalu, pihak berwenang di Indonesia belum begitu menyadari skala kedahsyatan bencana tersebut. Begitu skala bencana meluas, Kedubes RRT di Indonesia mulai memberikan respon dan antisipasi yang diperlukan, para staf Kedubes di satu sisi terus mengadakan kontak dengan Pemerintah RI, terus menyimak & mengamati perkembangan terakhir di daerah bencana, di lain sisi juga meneliti apakah ada warga negara Tiongkok di daerah bencana yang turut menjadi korban.
Dubes Lu berkata, meskipun wilayah Aceh cukup luas, kemungkinan adanya warga negara Tiongkok yang menjadi korban sangat kecil, namun “Tak boleh karena itu lantas meninggalkan prinsip kehati- hatian”. Dubes Lu juga menginstruksikan untuk membuka saluran telepon hotline, yang siaga terus menerus selama 24 jam penuh, siap menerima beragam permintaan informasi dari dalam negeri, juga membantu pihak yang berwenang untuk mengidentifikasi 16 orang warga negara Tiongkok yang tidak jelas keberadaannya.
Akhirnya, setelah pihak Kedubes menggunakan berbagai saluran, terbukti : tidak ada warga negara Tiongkok di Indonesia yang menjadi korban bencana. “Berikutnya yang mendesak adalah mengurusi bantuan dari Pemerintah Tiongkok untuk Indonesia berupa material dan masalah tim relawan kemanusiaan.” Dubes Lu berkata, setelah bencana terjadi berbagai organisasi internasional segera merespon, segera mengirim sejumlah besar bantuan maupun tenaga sukarelawan. Demi mempercepat kedatangan bantuan material dan relawan Tiongkok agar sesegera mungkin tiba di Aceh, pihak Kedubes diam-diam telah melakukan banyak pekerjaan.
Dubes Lu menerangkan, bantuan tahap pertama dari Tiongkok direncanakan tiba di Jakarta tanggal 28 Desember 2004 untuk kemudian diteruskan ke Aceh, namun jarak Jakarta dengan daerah bencana terpaut sekitar 2000 km, Pemerintah RI berharap tanggal 29 Desember bantuan tersebut bisa langsung diangkut ke Medan, namun pihak berwenang di Bandara Polonia Medan hanya bisa mengijinkan pesawat yang mengangkut bantuan untuk mendarat tanggal 1 Januari 2005. Dubes Lu sepanjang hari sampai malam terus berupaya menghubungi Kantor Menko Kesra, Kementerian Luar Negeri, termasuk pihak-pihak yang berwenang di Bandara Polonia Medan, berusaha melobi agar pesawat yang mengangkut bantuan bisa segera mendarat. “Setelah berupaya terus-menerus mengontak berbagai pihak sampai pukul 1-2 dini hari, banyak telepon seluler pejabat yang berwenang semuanya sedang tidak aktif.”
Dubes Lu berkata. ” Demi mengusahakan agar bantuan dari Tiongkok segera sampai ke Indonesia, kami telah menggunakan berbagai saluran penghubung.” Dubes Lu beserta seluruh stafnya semalaman tidak tidur, hari kedua pukul 6 pagi mulai lagi usaha menghubungi dan melobi berbagai pihak.
Akhirnya Menko Kesra Alwi Shihab menjawab : ” Rakyat Tiongkok adalah sahabat kita, kita akan membantu sekuat tenaga agar bantuan dari Tiongkok bisa sesegera mungkin sampai di daerah bencana.” General Manager Bandara Polonia Medan memberi jaminan kepada Dubes Lu, bahwa
pesawat China Southern Airlines yang mengangkut bantuan dari Tiongkok akan diijinkan mendarat. Malam itu juga pukul 22.30 WIB, sebanyak 50 ton bantuan tahap pertama tiba di Medan.
Satu masalah selesai, timbul masalah baru. Pihak Kedubes menerima instruksi, tim relawan kemanusiaan Internasional Tiongkok telah diberangkatkan, diharapkan dengan menumpang pesawat China International Airlines mereka bisa segera tiba di Aceh. Setelah berunding dengan pihak Kedubes, Bandara Polonia Medan mengijinkan bahwa setelah bantuan material dari pesawat China Southern Airlines selesai dibongkar barulah pesawat yang ditumpangi tim relawan boleh mendarat. Namun sungguh tak dinyana karena di Bandara belum disiapkan peralatan, terpaksa pembongkaran muatan bantuan tersebut dilakukan manual dengan tangan, mestinya dari awal diprediksi selesai dalam jangka waktu 2 jam akhirnya molor menjadi 6 jam lebih. Pesawat yang ditumpangi tim relawan Tiongkok terpaksa mendarat di Bandara Kuala Lumpur Malaysia.
Setelah transit, barulah pada tanggal 31 Desember pagi pukul 5.30 WIB, tim relawan kemanusiaan Tiongkok tiba di Medan. Dengan kerja keras dan didampingi pihak Kedubes, Pemerintah Tiongkok telah berhasil mengirim 4 tahap bantuan material dan 2 tahap bantuan tim relawan yang sampai ke lokasi bencana di Aceh, yang sangat penting untuk membantu pemulihan kehidupan warga di daerah bencana.
Dubes Lu berkata, di kala bersamaan saat mengurusi bantuan material maupun tenaga sukarelawan, pihak Kedubes juga sepenuh tenaga mempersiapkan penyambutan kedatangan Perdana Menteri RRT Wen Jiabao yang hadir di Jakarta guna mengikuti KTT Tsunami yang diikuti oleh
beberapa Kepala Negara, juga mendampingi Wakil Menteri Luar Negeri RRT Wu Dawei yang memimpin rombongan yang diutus Pemerintah Tiongkok untuk berkunjung ke lokasi bencana guna menyatakan simpati. Dubes Lu mengerahkan semua staf Kedubes beserta anggota keluarganya, membaginya dalam beberapa kelompok, masing masing punya tanggung jawab sendiri, ada yang bertanggung jawab menghubungi Pemerintah RI, ada yang menangani urusan keamanan, ada yang bertanggung jawab atas kecukupan logistik, ada yang menangani urusan pers / pemberitaan. “Tiap hari cuma bisa tidur 1 sampai 2 jam saja. Meskipun semua rekan begitu sibuk dan kelelahan, namun tak seorangpun yang mengeluh. Karena ini semua demi membantu penanggulangan bencana.”
Dubes Lu menambahkan, seluruh staf Kedubes Tiongkok di Indonesia semuanya dengan antusias ikut menyumbang untuk daerah bencana. Pihak Kedubes sendiri lewat Kementerian Luar Negeri RI telah menyerahkan bantuan dana sebesar 12.000 USD, juga untuk warga di daerah bencana sebesar 10.000 USD, untuk membantu pengungsi warga Tionghoa di Medan sebesar 10.000 USD. Berkat dorongan pihak Kedubes, banyak instansi / perusahaan yang turut menyumbang. Perusahaan Huawei menyumbang lebih dari 4 juta USD berupa peralatan dan perlengkapan serta uang tunai sebesar 5 juta renminbi, Perusahaan Telekomunikasi Zhongxing menyumbang sebesar 2 juta renminbi, Perusahaan minyak Zhonghaiyou menyumbang 220.000 USD dan lain-lain.
Di Indonesia sendiri kalangan pengusaha juga menyumbangkan dana hampir sebesar 8 juta USD. Dubes Lu berkata, seluruh staf Kedubes akan senantiasa memelihara semangat, menjamin proses bantuan dari Tiongkok untuk Indonesia berlangsung lancar, memberi andil untuk Indonesia guna proses pekerjaan penanggulangan bencana maupun pemulihannya.
XIAOLONGNI
Dikutip dan diterjemahkan dari Harian Qiandao Ribao terbitan Surabaya edisi 22 Januari 2005
Budaya-Tionghoa.Net |Mailing List Budaya Tionghua 10250