Budaya-Tionghoa.Net | Pada bulan Januari 2008 , Partai Nasionalis sebagai oposisi menang mudah di Taiwan di ajang legislatif dan merupakan pukulan telak bagi partai pemerintah incumbent dua bulan sebelum pemilihan presiden.
Presiden Chen Shui-bian mengundurkan diri sebagai ketua Democratic Progressive Party segera setelah kekalahan partainya. Presiden Chen merasa harus memikul tanggung jawab.
Chen dikritik untuk hubungannya dengan Beijing dengan mempromosikan kebijakan untuk mengformalkan kemerdekaan secara de facto dari Tiongkok.
Para kritikus berkata bahwa ini membuat Taiwan dari ekonomi yang bersemangat menjadi kehilangan daya saing.
Hasil Pemilu di Taiwan ini rupanya mencerminkan aspirasi mayoritas rakyat Taiwan yang menolak ide atau rencana Chen Shui-bian untuk memisahkan Taiwan dari Tiongkok seperti wacana kemerdekaan bagi Taiwan dengan nama Taiwan.
Chen Shui-bian, istri dan menantunya juga menghadapi tuduhan korupsi dan kecurangan di bidang perdagangan, termasuk Wakil Presiden Annette Lu yang dituduh pada bulan September lalu menggelapkan uang negara dan selain itu perekonomian Taiwan juga dinilai mengalami pertumbuhan yang rendah dibawah kepemimpinan Chen selama ini.
Masyarakat Taiwan juga menyadari, bahwa kepentingannya, terutama kepentingan komersialnya tergantung akan hubungan yang baik yang terjalin antara Taiwan dengan RRT, karena saat kini banyak usaha bisnisnya terkait dan terintegrasi dengan RRT seperti usaha bisnis dan pabrik-pabriknya yang dibangun di RRT serta banyak tenaga profesionalnya yang juga berkerja di RRT.
Dengan kemenangan lebih dari mayoritas dua pertiga dalam pemilihan umum pada hari Sabtu, selain menandai perubahan yang dramatis di dalam politik Taiwan dan hubungan-hubungan lintas-selat China,
ketegangan atau potensi konflik bersenjata juga diharapkan akan berkurang.
Sebab jikalau sekiranya pemerintah Taiwan yang berkuasa tetap ingin mendeklasrasikan dirinya terpisah dari RRT dan berdiri sebagai entitas sendiri, maka akan timbul skenario terburuk yaitu pecah perang yang sulit dielakkan yang pada akhirnya akan pecah perang bukan saja antara RRT dan Taiwan tetapi juga antara RRT dengan Amerika di selat Taiwan.
Pendekatan yang lebih diplomatis dan pragmatis juga aktif dilakukan oleh RRT sendiri (diplomacy over fighting), seperti berusaha menjalin hubungan dan dialog (engagement) dengan partai-partai yang ada di Taiwan seperti KMT (Guomindang) dan PFP (People First Party), dimana pada bulan April/May 2007 yang lalu pemimpin KMT Lin Chan dan pemimpin PFP James Soong (keduanya tergabung dalam koalisi Pan-Biru ) diundang oleh Hu Jintao berkunjung ke RRT.
Dengan kemenangan partai oposisi ini, maka tidak tertutup kemungkinan bahwa proses reunifikasi dapat direalisasikan lebih cepat seperti yang dikatakan oleh Chen Shui-bian sendiri (If the Kuomintang won, then reunification with China could be realized anytime soon, forbes )
Golden Horde
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua