Budaya-Tionghoa.Net | PENDAHULUAN : Etnis Tionghoa sudah datang dan berinteraksi dengan Nusantara sejak berabad-abad silam, bahkan dalam catatan sejarah dinasti Han, daerah Jawa disebut YeTiao Guo ; atau Javadvipa. Membuktikan bahwa hubungan ini sudah berlangsung ribuan tahun yang lampau. Dengan kedatangan yang bergelombang ini, tentunya ada interaksi antar budaya yang dibawa etnis Tionghoa dengan budaya setempat yang.
|
Dalam sejarah Republik Indonesia, etnis Tionghoa juga turut meletakkan peran penting dalam pembentukan republik ini, namun belum banyak yang mengeksposnya. Sehingga prasangka rasial antar etnis Tionghoa dengan etnis lainnya pun melekat cukup kuat. Berdasarkan pertimbangan bahwa keterbukaan dan asas saling menghormati harus dijunjung tinggi, kami dari grup Mailing List Budaya Tionghoa memberanikan diri mengadakan talkshow mengenai budaya Tionghoa dengan pembicara dari berbagai latar belakang, dengan menampilkan pembicara dari kalangan non-Tionghoa. Semoga dengan diadakannya talkshow ini akan semakin mempererat persaudaraan sesama anak bangsa demi menuju kemajuan bangsa dan negara.
Prasangka-prasangka rasial ini bisa timbul karena tidak adanya keterbukaan satu dengan yang lain serta perasaan superior. Kami percaya bahwa keterbukaan bisa mengikis prasangka-prasangka rasial, dengan hilangnya prasangka rasial keBhinnekaan Tunggal Ika akan tercapai dan Indonesia akan semakin kuat dan maju.
MAKSUD DAN TUJUAN :
1. Mempererat persaudaraan antar anak bangsa.
2. Memperkenalkan kembali budaya dan sejarah Tionghoa di Indonesia dari berbagai aspek.
3. Menggali nilai-nilai luhur budaya Tionghoa yang telah berinteraksi dengan budaya-budaya lain di Nusantara selama ribuan tahun.
PENYELENGGARA
Moderator dan team dari milis Budaya Tionghoa serta pihak-pihak lain yang bersedia memberikan bantuannya.
***
Dengan rahmat langit, bumi dan para leluhur, ruang seminar terasa cukup terisi dan hadirin yang sangat serius. Peserta terjauh yang khusus datang dari Bali (fakultas Arsitektur Udayana) sangat terkesan dengan acara yang disajikan. Ivan Taniputera membawakan tema “Sejarah Relasi Antara Penguasa Tradisional Dengan Kaum Pendatang Tionghua”. Erniwati dengan tema “Etnis Tionghua di Padang”. Evi Aris Meiyani dengan tema “Pemujaan Berhala ?”. Ardian Changianto dengan tema “Pilar budaya Tionghua”
Penguasa Tradisional dengan kaum Pendatang Tionghua”.
Sdr. Ivan telah berbicara dengan menyampaikan data-data sejarah yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber, usaha yang luar biasa dan ketekunan yang konsisten.Menyampaikan bukti-bukti eratnya hubungan para pedatang Tionghoa dengan para penguasa di Nusantara. Contoh buku yang dibawa oleh Sdr Ivan berupa dummy buku ‘SEJARAH KERAJAAN NUSANTARA “ sangat impressive tebalnya. Bukti ketekunan sungguh-sungguh dan usaha yang tidak mengenal lelah, sangat mengagumkan. Ditunggu kapan kiranya akan diterbitkan dan muncul dipasar.
Karyanya ini mengingatkan saya akan seri buku sejarah Nusantara dari 5 jilid karya Nugroho Notosusanto dahulu. Proyek pesanan ORBA. Proyek yang memakan waktu lama dengan dana besar. Ternyata dapat diselesaikan oleh perorangan seperti ini dalam waktu 18 bulanan, …… hebat sekali…………….
Erniwati dengan tema “Etnis Tionghua di Padang”
Ibu Ernawati membuktikan penguasaan yang menyeluruh dari kondisi social etnis Tionghoa di Padang. Beliau mengetahui hampir semua seluk beluk mendetail yang terjadi di ranah Minagkabau. Ibu Erni bercerita banyak hal , Bermacam adat kebiasaan masyarakat , kehidupan, pernikahan, pimpinan lokal , pimpinan informal tapi sangat dipatuhi dan diakui masyarakatnya. Sampai pada situasi mutahir ketika terjadi gempa besar di Padang dan sekitarnya……. ruarrrrrr biasa…..
Paparannya menunjukan beliau mendapat akses yang tepat dari kelompok yang diselidikinya, kerja sama yang sangat membantu untuk mendapatkan first hand information dari para pelaku . Sayang pada buku yang telah diterbitkan “Asap hio di ranah Minang” pada bagian glosari terdapat beberapa penjelasan yang kurang tepat, seharusnya dengan nara sumber dan pendukung yang demikian komperhensif dapat dihinbdari. Semoga pada cetak ulang dapat diadakan koreksi . Penguasaannya secara sosio-hitoris dan kemasyarakatnnya mengingatkan kita pada karya tulisan Mely G. Tan, Tionghoa di Sukabumi. Karya klasik dari berpuluh tahun yang lalu.
Evi Aris Meiyani dengan tema “Pemujaan Berhala ?”
Ibu Evi memberikan paparan kesan pribadinya, tanpa pretensi ilmiah, bercerita dari lubuk hatinya kesan yang menyentuh selama melakukan perekaman produksi film untuk stasion TV ASTRO.. Beberapa episode yang ditayangkan memberikan suasana hidup pada acara istirahat. Uraian kesan pribadinya yang mengharukan dan mendalam. Dari kunjungan pada berbagai kota dan tempat .
Himbauan akan kerukunan , keharmonisan diantara sesama warga yang berkesan sangat puitis. Dan mungkin idealis ( ??? ). Cara pemaparan yang sangat spontan menghidupkan paparan pada jam yang biasanya disertai rasa mengantuk………Alangkah indahnya persada tanah air kita Nusantara ini, bila para anak bangsa dapat berpikir dan bersikap seperti uraian dan harapan pembicara …..
Agaknya sudah saatnya juga untuk diadakan produksi ulang rekaman dengan tema yang sama dengan pendekatan yang berlainan. Semoga saja .
Ardian Changianto dengan tema “Pilar budaya Tionghua”
Uraian yang agaknya berupa hasil kumulatip penelitian sekian lama dari Sdr Ardian mengenai budaya , suatu bidang yang sebenarnya sangat luas dan mendalam. Telah dicoba untuk dipaparkan secara singkat dalam waktu terbatas. Menjadikan uraiannya sarat urutan data pokok yang sangat formal.
Mungkin bila di ambil tema yang dibatasi sebagian saja , uraian akan dapat di sertai dengan contoh-contoh kehidupan sehari-hari . Menjadikan hal uraian folosofis yang berat , akan dapat diikuti oleh sidang peserta dengan lebih ringan dan mudah……..Pengetahuan pembicara yang sangat luas dari kemasyarakatan Tionghoa , sebenarnya dapat di sampaikan secara popular sebagai bahan pembelajaran peserta awam yang akan sangat bermanfaat.
Melihat sikap para peserta yang menyimak uraian ini , agaknya mereka sangat ingin mengetahui dan mengerti lebih luas lagi dari pokok-pokok yang telah dibawakan oleh Sdr Ardian. Terlihat beberapa peserta yang sangat rajin mencatat hal yang dibicarakan. Mengingatkan suasana kuliah diruang suatu lembaga pendidikan ….heheheh J).
Tidak mengherankan Sdr Ardian seringkali dijadikan nara sumber oleh para masiswa yang sedang menulis skripsi.
Tempat seminar digedung tua mendukung memberikan suasana bersejarah dan khayalan ke masa lalu.Dinding bangunan sangat tebal mengambarkan kesan benteng pertahanan yang siap menghadapi penyerbuan dan pertempuran. Jendela kecil didinding dilengkapi terali besi kokoh seolah hanya lubang untuk mengintip. Dahulu kala apakah ruang ini berupa gudang ataukah ruang tahanan penjara ? Suara mereka yang berlatih alat music Tionghoa selama acara disamping kadang menggangu suasana bila pintu terbuka, tapi juga mendatangkan kesan bernuansa etnis yang khas.
Sayang sajian makan siang dilengkapi bumbu berkaki 6 b yang tidak seharusnya hadir, sehingga agak merusak suasana selera……
Kapan nih acara berikutnya ? tentunya akan sangat ditunggu lagi oleh mereka yang hadir.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa
Catatan Editor:
- Seminar ” Apa Kata Mereka Tentang Tionghoa” adalah seminar yang diadakan Budaya Tionghoa pada tanggal 17 Oktober 2010.
- Tulisan ini merupakan komentar Pak Sugiri sebagai peserta acara seminar tersebut.http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/53285
Photo Credit: