Budaya-Tionghoa.Net | Batas2 sejarah, legenda dan mitos dalam perkembangan kebudayaan Tiongkok adalah sangat jelas. Ini dimungkinkan karena selain kebudayaan Tiongkok adalah kebudayaan tertua di dunia, lebih dulu memasuki zaman sejarahnya daripada bangsa2 lainnya di dunia yang ditandai dengan adanya peninggalan sejarah yang penemuannya menjadi bukti2 yang melengkapi catatan sejarah Tiongkok, juga karena sejarah Tiongkok yang berkesinambungan dan tidak putus seperti halnya kebudayaan lainnya di dunia ini.
|
Saya ambil contoh kebudayaan tertua dunia lainnya seperti kebudayaan Yunani atau Romawi yang dalam perkembangannyamengalami masa2 gelap di mana catatan sejarah sangat minim dan terpecah2 menjadi negara2 kecil yang masing2 kemudian memulai sejarahnya sendiri.
Lain dengan sejarah Tiongkok yang setelah dipersatukan oleh Kaisar Qin Shi Huang dengan mendirikan Dinasti Qin pada abad ke-2 SM, walaupun terpecah2 menjadi negara2 kecil, namun negara2 kecil tadi mempunyai kesepakatan bahwa mereka adalah bangsa Tiongkok yang kemudian akan dipersatukan kembali dibuktikan dengan pembentukan dinasti-dinasti yang sambung menyambung (Gai Chao Huan Dai).
Catatan sejarah resmi Tiongkok merupakan salah satu catatan sejarah terlengkap di dunia dan yang menjadi acuan bagi sejarahwan Mainland China dan Taiwan adalah 25 Buku Sejarah (Erl Shi Wu She) yang ditulis oleh sejarahwan pada masanya masing, dimulai dari buku pertama “She Ji” yang menceritakan sejarah dinasti pertama Tiongkok Dinasti Hsia sampai Dinasti Zhou, dan yang terakhir buku ke-dua puluh lima “Qing She” yang merupakan catatan sejarah Dinasti Qing.
Yang sekarang dilakukan oleh para sejarahwan adalah selain mencatat perkembangan sejarah mutakhir, mereka juga bekerjasama dengan para ahli arkeologi, antropologi, palaeotologi dan linguistik untuk mencari catatan yang lebih lengkap untuk menambahi catatan sebelum 5000 tahun yang lalu.
Banyak peninggalan yang ditemukan untuk mendukung usaha ini, di antaranya yang paling berharga adalah Jia Gu Wen, yang merupakan pahatan tulisan2 kuno Tiongkok pada tulang binatang atau punggung kura2. Ini merupakan catatan dari abad ke-14 SM dari Dinasti Shang dan merupakan cikal bakal dari karakter Han yang sekarang kita kenal. Mengenai catatan budaya, dalam hal ini yang sering kita bicarakan adalah aspek sastranya karena karya sastra merupakan literatur yang dipisahkan dari catatan sejarah yang hanya mencatat peristiwa faktual yang terjadi dari masa ke masa.
Jadi catatan sejarah cuma mencakup politik, tokoh sejarah, ekonomi serta sosial kemasyarakatan. Karya sastra Tiongkok yang terkenal misalnya puisi-puisi dan novel2 klasik semisal Shi You Ji (Perjalanan ke Barat), San Guo Yan Yi (Kisah Tiga Negara), Suei Hu Jhuan (Batas Air) deelel. Novel seperti ini tentu tak dapat dijadikan acuan sejarah karena ia merupakan karya seorang sastrawan yang mengambil latar belakang sejarah untuk menceritakan kembali sejarah dengan kata2 sastra.
Sun Go Kong yang merupakan tokoh dalam Shi You Ji adalah tokoh mitos, namun Pendeta Tong-nya sendiri merupakan seorang tokoh sejarah yang pernah saya tuliskan di milis ini dalam posting “Sekilas Pendeta Tong” pada tanggal 10 Maret 2004 yang lalu. Pendeta Tong (602 ~ 664 M), lahir di Luo Zhou (sekarang di Henan) adalah seorang Biksu Buddhis terkenal pada masanya Dinasti Tang.
Sedangkan mengenai San Guo Yan Yi, Luo Guan-zhong menceritakan kembali peristiwa yang terjadi pada masa Tiga Negara dengan mengambil rujukan dari Buku Sejarah ke-4 “San Guo Zhi” yang terbagi atas Wei Shu, Wu Shu dan Shu Shu. Namun tokoh2 dalam San Guo Yan Yi adalah tokoh sejarah realistik yang kemudian diceritakan kembali oleh Luo dengan alur cerita yang menyambung dari penghujung Dinasti Han sampai awal Dinasti Jin. Mengenai legenda atau mitologi, ini lumrah saja pada setiap kebudayaan di dunia.
Legenda rakyat tentu tidak dapat dijadikan acuan sejarah. Legenda dan mitologi ini lebih merupakan perwujudan kepercayaan yang ada dalam kebudayaan suatu bangsa. Namun ini juga menjadi akar dari budaya itu sendiri yang seharusnya dibedakan dan terlepas dari kepercayaan masyarakat pada masanya. Di sinilah terjadi kesalahpahaman banyak pihak. Sebenarnya, budaya dan tradisi dapat dijalankan bersama2 dengan agama tanpa berbenturan karena agama jelas harus dibedakan dari budaya.
Menurut saya bila kita menganut suatu agama, kita tidak harus mengikuti budaya bangsa dari mana agama tersebut berasal. Di sinilah setiap penganut agama itu menjalani sebuah ujian rasionalitas, namun kata2 saya tidak berarti bahwa semua orang selain itu adalah tidak rasional, karena pengertian budaya dan tradisi tetap berbeda menurut pemikiran masing2 karena doktrin dan pendidikan dari sejak kecil.
Jadi, jawaban saya jelas dan bila di antara teman2 ada yang masih kurang jelas, punya sanggahan, cara pikir lain atau mau mengoreksi tulisan saya, mohon langsung ditujukan ke milis. Dan terakhir, budaya Tionghoa yang ingin kita gali di sini tentu adalah budaya yang menyangkut segala aspek kehidupan masyarakat seperti politik, tradisi, sastra, sosial, ekonomi, pendidikan, agama dan kepercayaan. Ini dapat kita dapatkan bila menyangkutkan kebudayaan dengan fakta2 sejarah yang lebih teruji dan terbukti faktualitas dan realitasnya.
Rinto Jiang
Budaya-Tionghoa.Net |Mailing-List Budaya Tionghua