Budaya-Tionghoa.Net | Ada cara mudah untuk tahu apakah seorang pria cukup “perkasa” atau tidak. Cara praktis ini biasa dilakukan oleh para tabib Cina dan telah dipraktekkan selama ribuan tahun sejarah ilmu pengobatan Cina tradisional. Caranya sederhana saja. Cukup perhatikan jempol kakinya. Jempol kaki yang bulat dan kencang menunjukkan kondisi si pemiliknya sangatlah sehat dan prima. Jempol kaki yang peot atau gepeng bisa diindikasikan sebagai adanya masalah dengan kesehatannya. Jika kepingin tahu lebih lanjut, cukup pencet jempol kaki sekerasnya dengan tangan. Jika bagian yang dipencet kembali seperti semula dengan cepat, itu tandanya tak ada masalah dengan kejantanannya. Masalahnya baru gawat bila jempol yang dipencet tak kunjung kembali seperti bentuk semula karena itu pertanda ada masalah dengan vitalitas seksualnya.
Month: December 2010
Wikileaks & Wabah Bahasa Inggris Yang Buruk Melanda Indonesia
Budaya-Tionghoa.Net |Anda masih ingat dengan perkara pengumuman bahasa Inggris yang kacau di Bandara Internasional ibukota RI, Bandara Udara Soekarno Hatta? Keadaan itu memaksa Menteri turun tangan memerintahkan untuk menurunkan semua Bahasa Inggris ‘nyeleneh’ di bandara Soekarno Hatta. Alhasil, tidak lagi dijumpai papan tanda berbahasa Inggris aneh tersebut.
Kasus seperti ini tentu bukan hanya sekali terjadi di ibukota Indonesia. Tentu saja, banyak diantara kita masih ingat, beberapa tahun silam. Publik Jakarta diguncang oleh kegelian yang maha dahsyat. Sebuah kegelian yang juga tidak jauh-jauh dari keluarga besar Dinas Perhubungan yang merupakan bagian dari Departemen Perhubungan. Tentu, tidak salah lagi, tulisan “Ply Over” di Halte Jati Baru Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Hanya Orang Idiot Yang Berkata Tidak.
Budaya-Tionghoa.Net | Seorang kritikus Arsitektur , Christopher Hawthorne di LA Times mengulas suatu permasalahan etika dalam dunia arsitektur. Berkaitan dengan inovasi arsitektur yang berlangsung di negri yang di pimpin rejim yang dinilai otokrasi.Dalam tahapan apa , seorang arsitek bertanggungjawab untuk catatan politis atau etika terhadap klien mereka?
Tiongkok terkena dilema moral . Sebagai negara yang “antagonis”, Tiongkok di tuding melakukan pelanggaran HAM , masalah Tibet , masalah Xin Jiang, masalah Falungong , dan masih , masalah Tian An Men seolah penyebab Adam dan Hawa dibuang dari surga.
Perspektif Sejarah Masyarakat Tionghoa
Budaya-Tionghoa.Net |Kemajemukan dan sikap yang menghargai keberagaman di kalangan masyarakat Nusantara sejak dulu telah menarik perhatian para penjelajah asing. Kepulauan yang subur dan memiliki komoditas yang banyak dibutuhkan oleh orang-orang Eropa, Timur Tengah, Asia Selatan maupun Tiongkok tersebut, melahirkan emporium yang bersifat kosmopolitan. Para pedagang, tukang, guru, tentara dan penyebar agama dari berbagai negeri memilih bermukim dan beranak pinak di negeri zamrud khatulistiwa ini. Di samping itu, 17,000 pulau yang ada di Indonesia merupakan tempat hidup berbagai suku bangsa, yang berdasarkan survei BPS di bulan Februari 2010, berjumlah 1,128.
Tulisan ini berusaha memberikan fakta-fakta akan tersebarluasnya keberagaman dalam kanvas besar sejarah negeri ini. Kemajemukan bukanlah hal yang asing atau tidak dikenal dalam lembaran masa lalu bangsa ini. Namun, tulisan ini juga hendak mengingatkan, bahwa upayaupaya untuk menghapuskan keberagaman tersebut pun seringkali muncul. Penyajian pelbagai data historis di sini ingin menunjukkan, bahwa keberagaman selayaknyalah dianggap sebagai rahmat, bukan sebagai fenomena yang menakutkan, yang justru bisa dikelola bagi kemajuan bangsa.
Peristiwa Boxer – Yi He Tuan 义和团
Budaya-Tionghoa.Net |Yihe Tuan tidak lahir begitu saja karena kebencian pada orang asing terutama agama asing. Sejarah Tiongkok membuktikan bahwa filosofi Tiongkok tidak menabukan kepercayaan lain. Bahkan arti kata jiao sebenarnya tidak mengacu kepada arti agama seperti yang kita kenal sekarang ini. Kata jiao lebih mengarah kepada pengajaran. Kasus terjadinya gerakan Yihe lebih disebabkan karena faktor-faktor kolonialisme dan imperialisme. Gerakan Yihe tuan bermula dari Shandong, dimana Shandong merupakan propinsi yang mengalami hal-hal pahit akibat kolonialisme dan imperialisme Eropa pada abad ke 19 di Tiongkok. Gerakan ini tidak dapat dikatakan bermula karena anti agama Kristen, lebih tepatnya gerakan anti barat.