Budaya-Tionghoa.Net | Kunjungan Hu menandai 13 tahun kunjungan resmi pemimpin Tiongkok ke AS. Dengan status kedua negara yang merupakan adidaya pada saat ini, maka kesepakatan maupun ketidaksepakatan akan menentukan masa depan dunia yang akan datang. AS sebagai tuan rumah senantiasa menyambut kedatangan tamu spesialnya ini dengan segala sajian kemewahan yang bisa diberikan.
Hubungan kedua negara ini kerap dibayang-bayangi isu HAM dan derivatnya seperti isu Falun Gong , Tibet , Xinjiang , defisit ekonomi , hak kekayaan intelektual. Sementara itu AS memerlukan China untuk berperan dalam isu Iran dan Korea Utara.Karena itu pula AS menjadi tuan rumah yang serba kikuk saat menyambut pemimpin Tiongkok. Sewaktu Hu mengunjungi George Bush beberapa tahun lalu, Hu bagaikan tokoh antagonis menghadapi rangkaian protes dari para pendukung Tibet.
Obama disisi lain terus mendesak Tiongkok tentang penyelesaian masalah HAM. Hu Jintao mengabaikan pertanyaan Obama mengenai hal itu. Di kesempatan press conference lain , menurut media Guardian , Hu tertawa ,dan menjawab ” Saya ingin menjelaskan , karena permasalahan teknis terjemahan dan permasalahan interpretasi , saya tidak mendengar pertanyaan mengenai HAM”
Hu bersikeras bahwa China adalah negara yang sedang berkembang dengan populasi yang besar dan sedang berjalan di tahapan penting dari reformasi. Dalam konteks ini , China masih menghadapi tantangan ekonomi dan pembangunan sosial. Masih banyak yang harus dilakukan di China. Hu mengingatkan AS bahwa China siap untuk mendiskusikan HAM dengan AS saat sikap saling menghargai dan prinsip tidak campur tangan satu sama lain.
Kemudian , Hu Jin Tao dan Obama setuju untuk berbagi kepentingan bersama dan berjanji untuk kerjasama lebih luas termasuk perdagangan energi , masalah lingkungan , hak kekayaan intelektual dalam pertemuan mereka di Gedung Putih
|
Hu Jin Tao mengatakan kepada China Daily pasca pertemuan “Kami berdua sepakat untuk terus mendorong hubungan China–AS positif, koperasi dan komprehensif dan berkomitmen untuk bekerja sama untuk membangun kemitraan yang didasarkan pada saling menghormati dan saling menguntungkan, sehingga rakyat di negara kita sendiri mendapat bantuan yang lebih baik dan di seluruh dunia pada umumnya, “Sebaliknya Obama sangat yakin bahwa Kebangkitan Tiongkok yang berjalan damai adalah bermanfaat bagi dunia dan juga Amerika Serikat.
“Hubungan China-AS bukan merupakan salah satu pihak mendapat keuntungan yang berarti kerugian di pihak lain” lanjut Hu , menanggapi kecemasan berbagai pihak di AS seiring dengan kebangkitan ekonomi dan politik China.
Salah satu hasil dari pertemuan dua pemimpin dunia adalah China membeli 200 pesawat Boeing senilai 19 milyar dolllar . Pihak pemerintahan Obama juga mengumumkan kerjasama rel kereta dan energi untuk General Electric dan perusahan joint venture Honeywell – Haier. Dengan total kesepakatan senilai 45 milyar dollar akan membuka kesempatan lapangan kerja bagi 235 ribu rakyat AS. CEO Boeing , James McNerney Jr , yang “gemetar” dengan pesanan pesawat ini , mengatakan bahwa perakitan pesawat , Boeing 737 dan Boeing 777, akan dilaksanakan di AS.
China-AS bersikap sama dalam permasalahan nuklir Korea Utara. Dalam pernyataan bersama keduabelah pihak menyerukan dialog antara Korea Utara dan Korea Selatan. China juga menyatakan keprihatinan dengan diungkapkannya pabrik pengayaan uranium di Korea utara.
Kunjungan Hu kali ini juga ditemani top-jendral Chen Bingde. Hu juga memandang perlu hubungan militer antara kedua belah pihak , berkaitan dengan kekawatiran dari pihak AS tentang semakin kuat dan mandirinya militer Tiongkok. Kedua belah pihak menjanjikan komunikasi yang lebih baik antara Pentagon dan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).
Salam
Dada
Sumber : China Daily , Newyork Times , Guardian
Photo Credit :