Budaya-Tionghoa.Net | Tao Yuan Ming (365-425 ) , nama pelajarnya adalah Tao Qian , lahir pada masa Jin Timur dan meninggal di Negeri Song pada masa Dinasti Selatan. Dia dilahirkan di Xunyang , Jiangxi , dari keluarga birokrat yang telah merosot kedudukannya.
|
Hidupnya dibagi menjadi tiga periode. Periode pertama , sebelum usia 28 tahun , hidup dalam kemelaratan, ditinggal ayahnya yang mati muda. Periode kedua adalah masa mengabdi di pemerintahan, dari usia 29 hingga 41 tahun. Periode terakhirnya , adalah masa kehidupan di desa, selama dua puluh tahun lebih hingga meninggal di usia 63.
Di masa muda , Tao Yuanming dipengaruhi ajaran Confucius seperti cendekiawan Tiongkok pada umumnya. Ia berniat mengabdikan diri untuk kemajuan masyarakat dan negeri . Tapi pribadinya yang lurus tidak sesuai dengan lika-liku dunia politik yang kotor. Diapun akhirnya memilih mundur dari birokrasi. Setelah mundur , Tao Yuanming pulang ke desa dan hidup sepenuhnya sebagai petani, menjadi seorang yang total menjalankan ajaran Tao. Periode akhir ini adalah masa suburnya dalam berkarya.
Dalam puisi-puisi sebelum pensiun , kita masih menangkap gejolak emosi Tao Yuanming dalam merenungi pasang surut hidup. Sementara pada puisi-puisi yang dihasilkan setelah menyepi, kita menangkap kedamaian dalam menatap persoalan hidup dan mati. Khusus dalam puisi sawah ladangnya yang terkenal lewat bahasa yang sangat bersahaja, kita merasakan hadirnya ketenangan yang luar biasa. Puisi Tao Yuan Ming adalah cermin dari sikap hidupnya yang menyatu dengan alam , menaruh penghargaan tinggi pada kesederhanaan hidup.
Selain puisi , penyair ini juga terkenal dengan penulis esai dan prosa lirik. Puisinya yang tersimpan ada 125 buah, sembilan sanjak empat kata yang tidak menonjol, dan 116 sanjak lima kata yang dapat di kategorikan menjadi dua, pertama , puisi “Lantunan Hati” dan “Ode Sejarah” , meneruskan tradisi Han-Wei dalam ‘bercurah rasa melontar cita-cita’. Kedua, “Puisi Sawah Ladang” yang belum ada preseden sebelumnya. Pencapaiannya dalam seni puisi mendapat penghargaan tinggi sejak Dinasti Tang, dan sering dipakai sebagai tolak ukur dalam seni berpuisi.
Catatan Admin :
Artikel ini bersifat nukilan dari buku aslinya , dan dimuat ulang oleh admin secara terbatas atas seijin penulisnya. Sekiranya hendak mengetahui lebih jelas soal puisi-puisi yang bersangkutan silahkan membeli bukunya di Gramedia
Sumber :
- Zhou Fuyuan , “Purnama Di Bukit Langit , Antologi Puisi Klasik Tiongkok” , Gramedia Pustaka Utama , 2007.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing List Budaya Tionghua