Photo Ilustrasi : Patung Amakusa Shiro , Chris 73 , Wiki Media
Budaya-Tionghoa.Net | Ada salah satu rekan yang mengaitkan pemberontakan Taiping (1850-1964) yang dipimpin oleh Hong Xiuquan dengan pemberontakan Shimabara yang dipimpin oleh pemuda yang bernama Amakusa Shiro. Lanjut sang rekan , ada kemiripan dimana keduanya mengaitkan pemberontakan mereka dengan agama Kristen tetapi motif utamanya tetap bukan karena agama.
Sebenarnya pemberontakan Taiping tidak benar-benar mirip dengan apa yang terjadi di Jepang di sekitar masa Tokugawa dengan yang terjadi di Tiongkok masa suram Dinasti Qing , sesudah tahun 1800 seperti bagaimana para peneliti Cambridge membagi sejarah Qing membagi sejarah Qing menjadi dua bagian dalam buku “The Cambridge History” .
Di Jepang, masuknya Katolik Jesuit adalah berkat sponsor Portugis dengan pengaruh Spanyol dibawah Philip II (House of Hapsburg) yang “Fransiscan”.
Hal ini tidak terlepas dari perjalanan sejarah Eropa. Jesuit sebagai kontra-revolusi Protestan , dan ordo fransiskan yang menemani banyak aksi Spanyol . Dua ordo ini memainkan peran mutual antagonisme , jadi tidak bisa di pandang sebagai satu kesatuan Nasrani . Paus yang berkuasa saat itu juga memainkan peran politik yang akan menentukan wilayah Jepang itu masuk dari base Macao (Portugis) atau base Manila (Spanyol).
Persamaan antara Tiongkok dengan Jepang adalah mereka berdua sudah di pikirkan oleh great power Barat seperti Portugis , Spanyol dan Belanda-VOC pada masa itu akan sulit di tundukkan secara militer. Jepang dan Tiongkok tentunya jauh lebih kuat dibandingkan dengan kawasan Amerika Tengah dan Latin yang habis diserang oleh Fransisco Pizarro dan Hernando Cortes dengan hanya mengandalkan sepasukan kecil. Karenanya , untuk menghadapi Tiongkok dan Jepang , peran misionarisnya lebih besar lebih besar ketimbang kekuatan militer.
Bahkan sampai Jepang dan Tiongkok dibuka paksa oleh dua insiden yang berbeda di pertengahan abad 19 , kedua negara Asia ini masih jauh dari jangkauan “penjajahan” seperti yang dialami negara-negara lain di kawasan Afrika , Asia dan Amerika Selatan.
Kembali ketopik permasalahan . Beberapa daimyo memang pindah keyakinan ke Nasrani , dalam pasang surut di bawah kekuasaan Oda Nobunaga yang cukup mesra hingga edict Hideyoshi yang anti-Nasrani . Walau demikian daimyo-daimyo Nasrani (Kirishitan) di terjunkan ke front Korea (Joseon) hingga memancing intervensi Ming dimasa pemerintahan Wanli untuk membantu Korea mengusir Jepang. Keterlibatan daimyo Kirishitan dalam perang desisif seperti perang Sekigahara yang menentukan naiknya Tokugawa Ieyasu , pasang surutnya hubungan Kirishitan dengan kekuasaan shogunate Tokugawa , sampai akhirnya benar-benar di usir keluar dari Jepang. Salah satu figur daimyo Kirishitan kawakan seperti Takayama Ukon ,klan Takayama yang eksis sejak masuknya Nasrani di Jepang kemudian terusir dari Jepang dan di tampung di Manila.
Di Tiongkok , masuknya Nasrani [Jesuit] , diberi akses oleh penguasa Tiongkok baik dimasa penguasa Ming akhir dan penguasa awal Qing yang cenderung toleran . Tapi seperti halnya persaingan Fransiskan vs Jesuit di Jepang , kiprah Jesuit pun di jegal ordo-ordo lain seperti Dominikan , Fransiskan.
Jesuit mencapai kemajuan pesat karena mengadaptasi nilai-nilai lokal , contohnya Mattheo Ricci . Sementara ordo-ordo lain menolak apa yg di terapkan Jesuit , bahkan “mengadu” dan membawa masalah ini ke Paus . Persaingan antar ordo ini berujung pada “Rites Controversy”.
Paus Clement mengeluarkan dekrit begitu banyak point salah satunya melarang umatnya “menyembah” leluhur , dan yang dinilai pagan lainnya. Kaisar Qing Shengzu (Kangxi) membalas dengan mengeluarkan edict yang melarang aksi misionaris di Tiongkok . Akhirnya Nasrani bernasib sama dan di “ban” seperti di Jepang .
Pemberontakan Taiping dan Amakusa Shiro itu masanya saja sudah berbeda. Pemberontakan Taiping bernuansa Protestan karena pemimpin Taiping , Hong Xiuquan mengaku sebagai adik Yesus . Dari pengalaman agama Hong Xiuquan yang semestinya pribadi kemudian melakukan lompatan megalomania .
Pemberontakan Taiping berlangsung dibawah masa kekuasaan dinasti Qing yang memasuki masa suram , itupun untuk menumpas pemberontakan Taiping , maka pemerintah Qing harus di bantu Barat. Sedangkan Amakusa Shiro di bawah kekuasaan Tokugawa yang baru mulai dan stabil .
Kalau sumber-sumber tertentu , seolah-olah penguasa dan rakyat Jepang dan Tiongkok itu brutal dan kerap melakukan persekusi terhadap umat agama tertentu padahal segala sesuatu ada sebabnya dan pemicunya. Tentu tanpa bermaksud mengundang debat agama , karena ini masih dalam konteks sejarah.
Dada
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua