Budaya-Tionghoa.Net | Mohon pencerahan, Xufa itu apa sih? (Kutipan 1) Apakah yang dimaksud adalah Kaligrafi (menulis dengan koas yang dicelup tinta?). Kalau itu yang dimaksud saya kira kata ejaan Pinyin-nya adalah Shufa! Lalu, mengapa menulis kaligrafi harus dengan huruf tradisional? Anak-anak di China daratan melatih kaligrafi justru dengan huruf simplified ! Saya setuju kalau huruf tradisional itu indah, tapi apakah berarti huruf simplified jelek-jelek semuanya? Pernah melihat karya kaligrafi huruf simplified? Pernah membandingkannya?
|
Kutipan 1 : Kalo bisa belajar dulu dari Traditional setelah matang, mau belajar Simplified mudah banget. Pengalamanku setelah belajar Traditional, cuma butuh setahun doang belajar Simplified. Tapi percayalah Traditional lebih bagus dan indah. Apalagi kalo belajar Xufa (kaligrafi)-nya. Eh, ngomong-ngomong ada yang tahu nggak asal-mulanya Simplified yang jelek itu? (Huh! Benci banget nih, huruf bagus-bagus dirusak jadi begitu-begitu-begitu jeleknya!!!)
Kutipan 2 : O ya, untuk menulis Shufa alias kaligrafi, kita diharuskan menggunakan huruf Traditional, tidak boleh yang Simplified. Makanya kita di Taiwan lebih bisa menulis kaligrafi daripada anak China. (Alfonso)
Saya kira kita jangan terjebak pada dikotomi huruf simplified dan tradisional yang seolah-olah adalah dua versi yang berbeda dan berlainan sama sekali! Tidak demikian, huruf yang disimplified (disederhanakan) hanyalah sebagian kecil dari seluruh huruf Hanzi yang ada, sebagian besar lainnya adalah sama. Dan itulah sebabnya, anak didikan daratan bisa dengan mudah membaca literatur Taiwan, begitu pun sebaliknya anak-anak Taiwan tak mengalami terlalu banyak kesulitan dalam membaca karya-karya terbitan daratan.
Tentang komentar bahwa “Makanya kita di Taiwan lebih bisa menulis kaligrafi daripada anak China.” saya ingin share sedikit tayangan televisi yang pernah saya saksikan waktu James Song dan juga Lianzhan yang hasil didikan Taiwan itu berkunjung ke China, mereka sempat meninggalkan kenang-kenangan berupa goresan kaligrafi di sana.
Bagaimana nilai seninya? Saya sungguh tidak berani mengomentari goresan koas Lianzhan itu! Layakkah itu disebut kaligrafi? Demikian juga, seorang novelis wanita yang amat terkenal dari Taiwan terang-terangan mengaku tidak menguasai seni kaligrafi, dan memilih
menggunakan pulpen untuk meninggalkan kata kenang-kenangan saat diminta oleh para fansnya ketika ia berkunjung ke China! Sebaliknya, anak-anak muda di daratan (sejauh yang saya kenal di sekitar Beijing) asalkan lulusan sekolah menengah (apalagi perguruan tinggi) pasti menguasai minimal dua aliran seni kaligrafi (umumnya Xingshu dan / atau Kaishu) baik
dengan huruf simplified maupun tradisional. Terlepas indah atau tidaknya!
Tapi, itu hanyalah contoh-contoh kecil dari penggalan pengalaman pribadi kita masing-masing, jadi tak sepatutnya saya jadikan rujukan untuk menggeneralisir bahwa anak di daratan China lebih menguasai kaligrafi daripada anak-anak Taiwan!! Bagaimana sebaliknya? Jangan itu dijadikan acuan untuk melakukan generalisasi;
Mengenai goresan kaligrafi Lianzhan : nilai seni memang relatif, tapi bagaimana pun selalu ada sebuah standar untuk mengukur tinggi rendahnya sebuah seni. Untuk kaligrafi ukurannya adalah tebal tipisnya goresan itu (di mana harus tebal di mana harus tipis) dan juga tarikan serta tekanan yang tepat pada tempatnya, yang secara keseluruhan membentuk sebuah komposisi huruf yang simetris dan indah dipandang. Nah, apakah goresan pit Lianzhan memenuhi standar itu? Nilailah secara obyektif! (Kalau itu disimpan oleh Hu Jin Tao — bukan Hu Jin Dao — ya tentu saja, yang berharga khan nilai politis dari kalimat kata-kata itu yang keluar dari tangan seorang ketua KMT, bukan seni kaligrafinya. )
Kalau anda tetap (kepala batu kata anda sendiri) beranggapan huruf tradisional lebih indah, ya tak apa-apa. Itu hak anda. Tapi sekali lagi jangan dijadikan acuan generalisasi, itu hanya selera anda sendiri, lain orang lain selera. Dan semua itu juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan kita masing-masing, jadi sifatnya sangat subyektif!!
Demikian pula pernyataan kemudahan membaca literatur antara anak muda di kedua tempat (daratan dan Taiwan) sangat dipengaruhi oleh dari kalangan mana rujukan yang kita ambil sebagai sample. Kalau dari kalangan akademis, saya tak melihat mereka (baik dari Taiwan maupun daratan) mengalami banyak kesulitan. Lain kalau pedagang kelontong dan cewek-cewek malam yang berkeliaran di Jakarta belakangan ini, jangan mereka yang dijadikan rujukan dan diperbandingkan dengan kalangan terpelajar dari Taiwan. Tidak fair itu!
Tambahan : Seni kaligrafi yang paling indah adalah gaya Kuang Cao, atau gaya “Serabutan Liar”, yang sangat bebas dan ekspresif. Gaya ini umumnya minim goresan, banyak karakter yang disederhanakan, sepintas lebih mirip huruf simplified!! – Zhou Fuyuan
Salam,
Erik
Budaya-Tionghoa.Net |Mailing List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa