Tanya : Dear kawan kawanku sebudaya, Bisakah sedikit menyampaikan pengetahuan mengenai keberadaan Etnis Chinese Shantung.Asal muasalnya dari mana dan dari segala macam budaya nya. Karena yang saya lihat dan rasakan, sedikit berbeda dengan etnis Chinese lainnya bahwa etnis yang lain dikelilingi oleh aturan2 budaya yang kurang lebih sama seperti perayaan imlek, permainan barongsai, ceng beng, dsb.Tetapi kenapa justru yang saya dapati bahwa Shantung tidak memiliki latar belakang budaya seperti tersebut diatas. Mohon pencerahannya, Terimakasih,
|
Budaya-Tionghoa.Net |Shandong itu nama provinsi, dan merupakan tempat lahirnya Konfusius. Pada dasarnya, seluruh Tiongkok merayakan berbagai festival yang juga kita kenal di Indonesia, cuma karena Tiongkok terlalu luas, maka cara perayaan setiap daerah berbeda dari daerah lainnya. Ini dinamakan lokalisasi adat istiadat. Ini juga terlihat di Korea yang juga merayakan Tuan Ngo (Peh Cun) dan Tiong Chiu, cuma cara perayaan mereka tidak sama dengan cara perayaan di daerah Tiongkok lainnya.
Shandong terletak di utara Tiongkok, lain daripada asal daerah leluhur Tionghoa Indonesia yang mayoritas di selatan Tiongkok. Pernah saya jelaskan beberapa waktu lalu bahwa ada perbedaan mendasar dari orang Tiongkok utara dan selatan, misalnya:
0. Orang utara menyebut dirinya sebagai orang Han (Hanren), selatan menyebut diri sebagai Tang (Tangren/Tenglang).
1. Orang utara jago berpolitik sedangkan orang selatan jago dalam berbisnis.
2. Orang utara berbahasa Mandarin, sedangkan orang selatan berbahasa dialek masing2.
3. Orang utara secara genetik lebih dekat kepada ras Asia Tengah, selatan lebih dekat ke Indochina/Melayu.
4. Orang utara makan gandum (mie), orang selatan makan nasi.
Ditilik dari adat istiadat, orang selatan karena jauh dari pusat pemerintahan yang biasanya lebih dinamis perkembangannya, menjadikan selatan seakan menjadi tempat preservasi adat istiadat kuno. Banyak tradisi yang sudah hilang di utara masih dipegang kuat di selatan. Masyarakat di Beijing, tidak merayakan Tuan Ngo dengan makan bakcang karena telah ditinggalkan sejak lama. Namun, beberapa tahun terakhir ini, bakcang kembali dijadikan simbol perayaan Tuan Ngo karena Korea berusaha mendaftarkan Peh Cun sebagai adat istiadat dan simbol budaya mereka ke UNESCO. Jadi, Beijing terpaksa merayakan itu Tuan Ngo secara meriah untuk membuktikan bahwa Tuan Ngo itu masih bagian dari budaya Tionghoa.
Dari dialek saja dapat terlihat, bahwa dialek-dialek di selatan berasal dari dialek bahasa Han ribuan tahun lalu, sedangkan mandarin hanyalah sebuah dialek bahasa Han yang berumur 700 tahun. Ada anggapan bahwa bahasa Han yang digunakan di zaman Samkok lebih kurang sama dengan apa yang kita kenal sebagai bahasa Kanton dan Hokkian sekarang ini dan puisi Li Bai (Li Po) lebih cocok dilafalkan dengan dialek Kanton daripada Mandarin. Fenomena ini lebih kurang sama dengan Bali yang merupakan tempat eksodus orang Majapahit yang menghindari pengaruh kerajaan Islam di Jawa setelah runtuhnya Majapahit. Bali dapat dikatakan menjadi tempat preservasi kebudayaan Majapahit sampai sekarang ini.
Orang utara umumnya berbadan lebih tinggi daripada orang selatan, dan berkulit lebih putih. Kalau di daerah selatan banyak hasil asimilasi dengan sukubangsa selatan yang disebut Bai Yue (seratus macam Yue) sejenis orang Vietnam yang sekarang masih banyak di daerah Guangxi, Hainan, Guizhou dan Yunnan, sedang orang utara adalah hasil asimilasi dengan minoritas utara, seperti orang Xianbei, orang Mancu, orang Khitan dll. Penduduk Mancuria (Tiongkok Timur Laut) adalah asimilasi antara orang Mancu dengan imigran dari propinsi Hebei, Henan dan Shandong. Orang utara beremigrasi ke daerah itu, sedang orang selatan beremigrasi ke Asia Tenggara. Tentu saja kekecualian ada, tapi tidak banyak.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua