Budaya-Tionghoa.Net | Hani adalah grup etnik yang tersebar disekitar perbatasan Asia Tenggara dengan Tiongkok. Dalam catatan historis , mereka juga dikenal dengan nama lain, Heyis , Hemans , Henis , Hinis , Aini , Haoni , Biyue , Byues. Etnis Hani di Thailand mengidentifikasi diri mereka sebagai Akha. Sementara untuk etnis Hani yang menggunakan bahasa Dai yang tersebar di Thailand , Burma , Vietnam dan Tiongkok selatan , dikenal sebagai Kaw, Ekaw, Khako.
|
Sensus di tahun 1982 dan 1990 di Tiongkok menyebutkan populasi Hani meningkat dari 1 juta menjadi 1.25 juta. Jumlah ini tidak termasuk etnis Hani yang berada di wilayah Asia Tenggara. Di Tiongkok , Hani terpusat di wilayah Yunnan , diantara Mengle dan pegunungan Ailao. Sekitar 800 ribu Hanis terkonsentrasi di Gunung Aiqian.
Sejarah
Catatan sejarah menyebutkan masyarakat yang bernama Heyis di abad 3 SM yang diduga merupakan leluhur dari Hani. Arkeolog di Tiongkok menduga bahwa Hani berasal dari perbatasan Yunan dan Sichuan , dan tradisi lisan menyebut migrasi di masa lampau dari kawasan utara Tiongkok. Di abad ke 8 , Kerajaan Nanzhao menyebut mereka sebagai Henis. Penguasa berikutnya , Mongol menyebut mereka sebagai Hezis. Di abad 14 , etnis Han masuk ke kawasan Hani dan memperkenalkan sistem politik dan pemerintahan kepada mereka.
Di masa Dinasti Qing , banyak aktivis Hani yang mendukung pemberontakan Taiping melawan Dinasti Qing. Pada saat Perancis mulai mencoba menjadikan Yunnan bagian dari Indochina , Hani berpartisipasi dalam perang gerilya melawan Perancis.
Lu Meibei , seorang wanita Hani , memimpin pemberontakan melawan Republik Tiongkok pasca jatuhnya Dinasti Qing. Di masa Sino-Japanese War II , Hani ikut berjuang melawan Jepang dan membantu Mao Zedong dalam melawan Nasionalis.Kemenangan Komunis di tahun 1949, membawa perubahan besar bagi masyarakat Hani.
Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok menerapkan politik otonomi . Untuk Hani kemudian berdiri Xishuangbanna Gelang He Hani Autonomous Prefecture [1952]. Namanya kemudian berubah lima tahun kemudian menjadi Honghe Hani, Yi, and Dai Autonomous Prefecture . Pada awalnya masyarakat Hani hidup di zone pertanian , dan bertani atas dasar komunal dan produksi pertanian mereka terus merosot selama bertahun-tahun.
Dijaman Deng Xiaping , sistem komunal dirubah menjadi “responsible system”. Tanah olahan tetap menjadi milik negara, tetapi individu dan keluarganya dapat berkerja secara swasta dan mendapat keuntungan lebih besar. Perubahan sistem tersebut membawa kenaikan produktifitas di masyarakat Hani.
Budaya
Bahasa yang di gunakan etnis Hani adalah cabang Tibetan-Burman dari rumpun bahasa Sino-Tibetan . Hani terbagi kedalam tiga dialek regional [regionalect] : Ha-Ai , Bi-Kaw dan Hao Bai. Kombinasi dialek , region dan materi kultural membuat Hani juga terbagi menjadi beberapa subgrup etnis seperti , Baihong , Biyue , Getsuo , Asiluma , Doni , Emu , Lau , Lomai , Soni , Haoni , Puli , Tyitso, Akho, Nuquay, Eni , Hteu La. Mereka tidak ada tradisi tulisan , dan pemerintah RRT kelak membantu menulis dengan sistem Roman.
Masyarakat Hani menggunakan sistem patrilineal dan patriarchal. Hubungan kekerabatan diorganisasi disekitar klan. Setiap klan terdiri dari 30-40 keluarga, dan setiap klan mempertahankan sejarah leluhur. Sebelum 1949 , pria Hani masih melakukan poligami [jika istri pertama tidak memberikan anak]. Setelah tahun 1949 , masyarakat Hani menjalankan praktek monogami.
Kepercayaan yang dianut oleh Hani adalah shamanistik. Penyebaran agama Buddha sampai Kristen tidak berpengaruh banyak pada masyarakat Hani. Setiap desa Hani memiliki zuima [shaman], juga terlibat dalam ritual penanaman dan juga musim panen. Mereka menghuni kawasan yang subur untuk agrikultur dan juga bahan tambang. Di masa Tiongkok modern , ekonomi masyarakat Hani berkembang cepat seiring dengan perkembangan infrastruktur di kawasan tersebut dari mulai jalan , kereta api , sambungan telepon.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua
Referensi :
- James Olson , “An Ethnohistorical Dictionary in China” , Greenwood Press , 1998.
- Photo Credit : Jialiang Gao, “An ethnic Hani (哈尼) girl with a typical Hani headgear for children”, Near Yuanyang, Yunnan Province, China , 2003