Budaya-Tionghoa.Net | Kie Lin (Hokkian), Chi Lin (Mandarin) dikatakan orang Barat sebagai unicorn-nya mitologi Chinese. Kie Lin adalah salah satu dari binatang lambang mitologi Chinese selain naga dan phoenix. Naga adalah “liong” dalam bahasa Hokkian dan “long” dalam bahasa Mandarin. Sementara Phoenix adalah “hong” dalam bahasa Hokkian dan “feng” dalam bahasa Mandarin. Di dalam cerita Sam Kok (Romance of Three Kingdoms), Xu Shu bertemu dengan Liu Bei dan menyarankannya untuk mencari bantuan Zhuge Liang dan Pang Tong. Ia menyebut Zhuge Liang sebagai Sleeping Dragon dan Pang Tong sebagai Blooming Phoenix.
|
Dalam analisa Fengshui (Hongsui), dikenal empat hewan legenda yaitu long [liong] di timur, hu [hou] (macan) di barat, feng [hong] (phoenix) di selatan, dan gui [kui] (kura2) di utara. Dalam ilmu silat ada empat hewan yang sering dimainkan tariannya, yaitu: 龍 long [liong] (naga), 麒麟 qilin [kilin], 獅 shi [sai] (Singa), dan 蟾蜍 chanchu [siamsi] (samsi).
Sekarang orang tidak membedakan sai dengan samsi, dalam bahasa Mandarin semuanya disebut Shizi (singa). Hal ini disebabkan orang Tiongkok Utara (yang berbahasa Mandarin) hanya mengenal shi, sedangkan siamsi hanya dimainkan oleh orang Tiongkok Selatan. Di Jawa Tengah orang masih membedakan siamsi (di sana disebut samsi) dengan sai. Sedangkan di tempat lain di Indonesia umumnya orang tidak membedakan samsi dengan singa, semuanya disebut barongsai, suatu kata gabungan yang berasal kata Barong (dari bhs. Bali) dan sai yang berarti singa.
Dalam legenda Tiongkok dikenal ada binatang yang menjadi tunggangan para dewa. Binatang yang mendapat kepercayaan untuk mengantar para dewa ke mana pun mereka pergi itu bernama Kie Lin. Kie Lin ini merupakan binatang yang mewakili 18 binatang yang ada di dunia.
Kilin sering juga disebut 龍馬 longma (yang dipakai menjadi merk Magicjar Yongma -> bahasa Korea). Longma muncul di hadapan Kaisar 伏羲 FuXi yang memberikan ide tentang susunan angka yang disebut 河圖 Hetu (gambar sungai). Kemudian dikatakan Kilin muncul juga pada jaman raja 堯 Yao dan 舜 Shun. Pemunculan Kilin juga terjadi ketika ibunda Khonghucu akan mengandung, serta saat menjelang akhir hidup Khonghucu. Semua tokoh di atas adalah tokoh penting dalam agama Rujiao, karena itu kedudukan Kilin sangat tinggi dalam agama Rujiao.
Didepan pintu masuk kelenteng biasanya dipasang sepasang patung singa, singa betina dengan anaknya dipasang di bagian kiri, singa jantan yang menginjak bola dipasang di bagian kanan pintu masuk. Berikut saya kutip tulisan tentang kilin dari buku Mengenal Hari Raya Konfusiani, tulisan dr. Hendrik Agus Winarso.
Kilien adalah hewan yang paling agung dari segala hewan berbulu, yang jantan disebut Ki, sedangkan yang betina disebut Lin. Karena manusia tidak dapat membedakan antara yang jantan dan betina, maka disebut Kilien. Kilien baru mau menampakkan dirinya bilamana ada seorang raja atau kepala negara yang benar-benar arif bijaksana, berperikemanusiaan. Oleh karena itu pembesar2 negeri, selalu merasa berbahagia apabila dihormati dengan permainan kilien yang dimainkan pada saat ada suatu perayaan, mereka membalas hormat pada kilien yang memberikan hormatnya.
Kilien mempunyai ciri2 fisik sbb:
1. Badan: berbentuk menjangan
2. Bulu: nampak seperti sisik, tetapi sebenarnya seperti bunga, jadi tidak bersisik
3. Ekor: menyerupai kerbau atau sapi
4. Leher: pada bagian tengkuk menyerupai leher srigala
5. Tandung: hanya bertanduk satu yakni pada bagian tengah batok kepala/ubun-ubun
6. Kaki: berbentuk seperti kaki kuda
7. Warna: kuning
Hubungan lima unsur (Mandarin: Wuxing, Hokkian: Ngoheng) dengan warna dan organ tubuh adalah:
Unsur | Warna | Organ Chang | Organ Fu |
Kayu | Hijau | Hati | Empedu |
Api | Merah | Jantung | Usus Kecil |
Tanah | Kuning | Limpa | Lambung |
Logam | Putih | Paru | Usus Besar |
Air | Hitam | Ginjal |
Kandung Kemih |
LIONG
Liong ukuran normal biasanya dimainkan oleh sembilan pemain termasuk kepala dan ekor). Permainan Liong sekarang sudah jauh berbeda dengan permainan jaman dulu. Liong jaman dulu kepala (dan ekornya) besar dan berat, tanduk dan jenggotnya panjang, permainannya hanya diayun ke samping kanan-kiri. Liong jaman sekarang kepala dan ekornya dibuat kecil, supaya bisa dimainkan diputar kiri-kanan-atas-bawah dan diloncati oleh pemain (-> kalo jaman dulu pemain tidak boleh meloncati badan liong, mungkin takut dibilang kualat :P). Badannya dicat dengan cat yang menyala jika terkena lampu ultraviolet. Tongkatnyapun dibuat dari aluminium, supaya lebih ringan. Untuk permainan liong sekarang, kepala yang beratnya 5 kg saja sudah terlalu berat.
Kilin yang harus menghormat (pai) kepada liong terlebih dahulu, liong juga harus membalas menghormat kepada kilin. Kalau barongsai bertemu dengan kilin, barongsai yang harus terlebih dahulu menghormat kepada kilin, kemudian kilin membalas menghormat kepada barongsai.
KING HIAN , 939
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing List Budaya Tionghua