Budaya-Tionghoa.Net | Etnis Wa adalah salah satu minoritas di Tiongkok. Mereka menyebut mereka sendiri sebagai “Va” , “Pa Rauk” , “A Va”, yang dapat diartikan sebagi masyarakat yang tinggal dipegunungan. Tanah air mereka adalah A Wa Shan [Gunung A Wa] yang terletak di selatah pegunungan Nu Shan yang terbentang diantara Lancang Jiang dan Nu Jiang.
|
Banyak etnis Wa hidup di barat daya provinsi Yunnan , terutama di Ximeng , Cangyuan dengan jumlah populasi yang signifikan. Populasi Wa di daerah lain seperti Menglian , Gengma , Lancang , Shuangjiang mencapai sekitar 10-20%. Diantara etnis Wa hidup juga etnis lain di sekitar mereka seperti etnis Dai , Lahu dan Han sendiri. Etnis Wa lainnya juga tersebar di daerah Thailand dan Myanmar.
Dua ribu tahun lalu , ekspansi dari Dinasti Han menyentuh kawasan Wa. Dimasa Dinasti Tang , etnis Wa mulai membedakan diri mereka dari etnis sekitarnya , termasuk juga identitas yang terbentuk oleh bahasa dan religi. Pada masa Dinasti Tang tersebut , pengaruh kerajaan Nanchao lebih mendominasi kawasan Wa. Kerajaan Dali melanjutkan kontrol terhadap masyarakat Wa dimasa Dinasti Song.
Secara default masyarakat Wa menganut sistem matrilineal dalam sistem sosial mereka. Perubahan besar datang dimasa Dinasti Yuan sampai awal Dinasti Qing. Pola migrasi etnis Dai dan Han membawa perubahan dramatis dalam ekonomi masyarakat Wa. Dari praktik berburu , masyarakat Wa mulai menjalankan praktik agrikultur dan dari sistem matrilineal berubah menjadi sistem patrilineal.
Masyarakat Wa yang masih menjalankan praktik berburu dikenal sebagai “Wild Wa” dan masyarakat Wa yang mulai menjalankan praktik pertanian dikenal sebagai “Tame Wa”. Bahasa yang digunakan masyarakat Wa dapat diklasifikasi sebagai cabang Mon-Khmer dari rumpun bahasa Austroasiatic tetapi tidak ada keseragaman dialek sebagai identitas etnis yang homogen karena terbagi kedalam beberapa subgrup linguistik.
Walaupun mengandalkan pertanian , etnis Wa juga memiliki kharakteristik militer , termasuk memisahkan kepala musuhnya [head-hunter] sebagai piala. Secara historis , Wa dianggap sebagai “barbarian” dari etnis lain disekitarnya dan dirumorkan menjalani praktek kanibal.
Etnis Wa terbagi lagi kedalam subgrup seperti A Va , A Vo , A Wa , Amok , Benren , Da Ka Va , Hkawa , Hkun , Loi , Hsen , Hsensum , Kala , Ka Va , La , Lave , Lawa , Le Va , Lem , Loi , Loila , Maen , Mang Tam , Mok , Nya , Nyo , Pa Rauk , Praok , Pyin , Ravet , Tai Loi , Tung Va Wa , Va Vu , Vo , Vang , Wu,
Di abad 19 terjadi semacam persatuan diantara subgrup Wa saat Inggris telah menguasai Myanmar [Burma] dan akhirnya Inggris menyentuh kawasan Wa. Ada 17 subgrup Wa yang bergabung bersama secara militer dan politik untuk melawan kekuatan Inggris. Tentara Inggris yang sempat berinteraksi dengan Wa dimasa lampau menggambarkan jalan yang dipenuhi tengkorak ,saat memasuki pemukiman Wa.
Berdirinya RRT , pemerintah komunis mendefinisikan mereka sebagai grup etnik yang paling primitif diantara grup etnis lain. Biar bagaimanapun berdirinya RRT membawa perubahan baru termasuk pelarangan opium yang memberi hantaman ekonomi terhadap tuan tanah dan petani di masyarakat Wa. Pemerintah baru menghapus kepemilikan pribadi dan menekankan pertanian kolektif. Pemerintah juga membentuk daerah otonomi seperti Gengma Dai dan Wa Autonomous County di tahun 1955. Di tahun 1964 dan 1965 , pemerintah membentuk daerah otonomi baru untuk masyarakat Wa di Ximeng dan Cangyuan.
Struktur sosial masyarakat Wa yang sudah beralih ke sistem patrilineal. Orang Wa dapat menelusuri leluhur mereka sampai 20 hingga 30 generasi karena sistem marga yang unik. Marga setiap anak yang terlahir adalah sebuah kombinasi dari nama yang diberikan dan marga ayahnya , dan juga dikombinasikan dengan nama ayah dan kakeknya.
Menelusuri Etnis Lain : http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/dialek-tionghoa-chinese-dialects
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing List Budaya Tionghua
Referensi :
- James Olson , “An Ethnohistorical Dictionary in China” , Greenwood Press , 1998.
- Colin Legerton , Jacob Rawson ,”Invisible China , A Journey Through Ethnic Borderlands”, Chicago Review Press , 2009