Budaya-Tionghoa.Net | Kwik Ing Hoo [1931-2010] adalah seorang komikus besar dengan karyanya “Wiro , Si Anak Rimba”. Kwik Ing Hoo merupakan salah salah satu legenda komikus dari kurun waktu 1930-1960 bersama-sama komikus lain seperti Kho Wan Gie , Lie Ay Poen, John Lo , Siauw Tik Kwie dan Kong Ong.
Read more: Kwik Ing Hoo Dan Wiro Si Anak RimbaKomiknya yang melegenda, Wiro Anak Rimba Indonesia, merupakan versi Tarzan asli Indonesia. Terdiri dari 10 jilid, merentang petualangan panjang seorang pemuda praremaja yang menjelajah ke hutan rimba dari Jawa ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, sampai Irian. Bersama kera, gorila, harimau dan gajahnya. Mengikuti ekspedisi flora dan fauna Dr Watson dengan kapalnya.
Ketika dalam klimaks bentrok dengan sisa pasukan Dai Nippon di pedalaman Papua, satu-persatu keempat binatangnya mati terbunuh, rasanya anak-anak penggemarnya se-Indonesia menangis semua. [1]
Wiro adalah komik Indonesia yang monumental. Ada selapis generasi di Indonesia, yang pada masa kecilnya di tahun ’50-’60-an begitu bangga berkalung katapel sembari berayun dari dahan ke dahan, tiada lain karena membaca Wiro.[Seno Gumira Ajidarma, 2010].
Sungguh sebuah komik yang takkan terlupakan bagi siapa pun yang pernah membacanya. Kemudian dengan inisial KIH, beliau melukis sampul-sampul dan illustrasi dalam novel dan cersil terbitan Analisa, Jakarta. Beliau sendiri mukim di Solo, Jawa Tengah. Dalam usia tua beralih melukis kanvas, seperti Lee Man Fong, gemar melukis sekawanan ikan koki.
Tetapi banyak orang tidak tahu bahwa sebetulnya Kwik Ing Ho hanya pelukisnya, sedangkan penulis ceritanya adalah Liem Boen Djien. Kasusnya mirip komik “Sie Djin Koei”, yang dikenal orang sebagai karya Siauw Tik Kwie (STK). Padahal sebetulnya Siauw Tik Kwie hanya pelukisnya, sedangkan penulis ceritanya adalah Oey Kim Tiang (OKT).
Menurut penuturan Oey Hin Lim, putra Oey Kim Tiang, soal title-credit “Sie Djin Koei” ini pernah menjadi ganjalan antara kedua orang tersebut. Padahal keduanya sempat puluhan tahun bekerjasama di majalah Star Weekly, Oey Kim Tiang sebagai penyumbang tulisan-tulisan dan Siauw Tik Kwie sebagai ilustrator melengkapi tulisan-tulisan tersebut.[3]
Kembali ke komik “Wiro, si Anak Rimba”, kalau lihat alur ceritanya, komik ini sebetulnya lebih tepat disebut sebagai adaptasi dari “Mowgli, the Jungle Boy” karya Rudyard Kippling, daripada sebagai adaptasi dari “Tarzan of the Apes” karya Edgar Rice Burroughs. Disebut dengan istilah “adaptasi”, karena kesan keIndonesiannya yang kental dan ‘wajar’.Tetapi ada sementara orang yang men-cap “Wiro” hanyalah sebagai plagiat dari “Mowgli” karya Kippling tersebut, karena melihat ke-sangat-mirip-annya, sampai-sampai ke judulnya (“Si Anak Rimba”yang samadengan “The Jungle Boy”).[4]
Wiro Anak Rimba Indonesia, merupakan versi Tarzan asli Indonesia. Terdiri dari 10 jilid:
Asal-usulnja Wiro
Wiro di dalam rimba Sumatera
Wiro ketemu Dr. Watson
Wiro dirimbu Kalimantan
Wiro sikat badjak laut
Wiro kontra perampok mutiara
Wiro didalam hutan belukar Sulawesi
Wiro dalam rimba raja Irian
Wiro melawan tentera Djepang
Wiro kembali keasalnja
REFERENSI :
Yan Widjaja ,http://web.budaya-tionghoa.net/seni-dan-hobby/seni-lukis-a-kaligrafi/206-pendekar-pendekar-komik-tionghoa-ii-medio-1930-1960
Akhmad Bukhari Saleh ,http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/37803
ibid
Budaya-Tionghoa.Net | Facebook Group Budaya Tionghoa