Budaya-Tionghoa.Net | Ganes Thiar Santoso adalah seorang legenda dunia komik Indonesia dengan karya legendarisnya, Si Buta dari Goa Hantu. Menurutnya, karya ini bukan menjiplak film Zato Ichi, si pendekar pemijat buta dari Jepang, melainkan dari film koboi buta Italia yang dibintangi Cameron Mitchell, The Blind Gunfighter.
Sebagian besar karyanya berlatar belakang Betawi tempo doeloe seperti: Tuan Tanah Kedawung, Jampang, Taufan, dan Reo Anak Serigala (murid si Buta). Ganes bukan cuma berkiprah di dunia komik tapi juga menerobos dunia film dengan menulis skenario merangkap penata kostum. Hampir semua komiknya telah difilmkan. Bahkan sebelum tutup usia masih mendukung pembuatan serial sinetron Si Buta dari Goa Hantu dan Reo Anak Serigala untuk teve.
|
Ganes TH lahir di desa Gando pada tanggal 10 Juli 1935, Banten . Pada usia 10 tahun Ganes pindah ke Jakarta . Bakat melukisnya diasah sejak sekolah menengah di THHK Jakarta. Ganes kemudian sempat kuliah di Akademi Seni Rupa di Jogja yang tidak dituntaskannya. Ganes juga sempat berguru ke seniman Tionghoa yang namanya mendunia seperti Lee Manfong , bekas pelukis istana presiden Sukarno.
” Si Buta Dari Gua Hantu ” [1967] merupakan satu karya terobosan bagi Ganes sebagai salah satu komikus besar di Indonesia . Seno Gumira Ajidarma dalam tulisannya yang berjudul “Ganes Th Dan Korpus Tujuh Pendekar ” menyebut karya Ganes yang lain “Banjir Darah Di Pantai Sanur” sebagai sarana demonstrasi kepiawaian Ganes dalam berbagai aspek. [Kompas , 2006] . Ganes merubah komik silat bukan sekedar cerita dengan pertumpahan darah tetapi perjuangan manusia untuk memanusiaskan manusia.
Seno Gumira Ajidarma menghubungkan karya Ganes tentang banjir darah di pantai Sanur ini dengan “Korpus Tujuh Pendekar” mendunia seperti film “The Seven Samurai [1954] , kebetulan film klasik karya Akira Kurosawa itu pernah saya tonton dan memang menarik alur ceritanya. Dalam film yang diperkuat oleh bintang legendaris Toshiro Mifune [yang juga bermain dalam film lain yang saya tonton , Musashi] , para samurai diminta untuk melindungi sebuah desa dari serangan perampok. Pada akhirnya yang menjadi pemenang adalah para petani desa.
Seno sendiri dalam tulisannya tidak bisa memastikan apakah karya Ganes ini terhubung langsung dengan karya Akiro Kusosawa ataukah versi adaptasi barat seperti “The Magnificent Seven” namun dalam tulisannya Seno memuji kemampuan penafsiran kreatif Ganes sebagaimana Akiro Kurosawa pun mengadaptasi drama-drama Shakespeare.
Arswendo Atmowiloto dalam pengantarnya di buku Si Buta Dari Gua Hantu, Pustaka Satria Sejati, menulis bahwa Ganes TH adalah sedikit dari sekian banyak komikus yang mampu membuat goresan sugestif dalam rangkuman cerita yang menawan. Kedua kemampuan ini melengkapi keunggulannya untuk berada dalam pencapaian komik nasional.
Dalam dunia film , “Si Buta Dari Gua Hantu ” melambungkan nama pemerannya , Ratno Timoer. Sosok Rano tinggi besar dibalut seragam kulit ular dengan pita dikepala dan rambut panjang — berhasil menyihir penonton– membuat Ratno dijuluki “Si Buta”. Ratno yang bangga sampai-sampai mensyaratkan bahwa pemeran “Si Buta” dalam film-film mendatang harus dengan persetujuan dirinya [Ilham Bintang , p62]
Dimasa Orde Lama , presiden Sukarno menganggap komik sebagai satu bentuk subversif dan sampah yang terkontaminasi oleh racun Barat. Di masa Orde Baru , presiden Suharto mengganggap komik sebagai sumber kemalasan dan tidak punya nilai pendidikan .Ganes beranggapan bahwa para pembaca membutuhkan sesuatu yang baru. [Jakarta Post , 1996]
Ganes Th dengan “Si Buta Dari Gua Hantu” menandai masa keemasan komik Indonesia pada era medio tahun 1960an sampai mediao 1980an. Selain Ganes ada sejumlah nama besar lain yang tersohor dengan nama Lima Pendekar Komik Nomor Satu dari ibukota Jakarta. Mereka adalah lima serangkai dari Jan Mintaraga ,Zaldy Armendaris, Sim Kim Toh atau Sim , Hans Jaladara dan Ganes sendiri. Empat dari lima komikus itu adalah Tionghoa .
Walau Ganes seorang Tionghoa karyanya menjangkau lintas etnis . Ganes meninggal di tahun 1995 dalam usia 60 tahun.
ZHONGHUA WENHUA , ADMIN 2
REFERENSI :
1. Yan Widjaja , “Pendekar Pendekar Komik Tionghoa Medio 1960-1980 , Mailing-List Budaya Tionghua” , Arsip 14162 , 20 Agustus 2005. [Referensi Internal]
2. Yan Widjaja , “Pendekar Pendekar Komik Tionghoa Medio 1960-1980 , Website Budaya Tionghoa” , [Referensi Internal]
3. Seno Gumira Ajidarma , “Ganes Th Dan Corpus Tujuh Pendekar ” , Kompas , 2006
4. John A Lent , “Ilustrating Asia : Comics , Humor Magazines , And Picture Books” ,
5. Ilham Bintang , “Mengamati Daun-Daun Kecil Kehidupan” , 2007
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua