Budaya-Tionghoa.Net | Di Indonesia, Wang Chongyang lebih dikenal dengan nama Ong Tiongyang. Sedangkan Quanzhen lebih dikenal dengan nama Cuamchin. Hal ini bisa dimaklumi karena hampir semua orang di Indonesia mengenal Wang Chongyang lewat serial Pendekar Pemanah Rajawali dalam novel karangan Jin Yong, yang di Indonesia nama-nama tokohnya ditulis atau disebutkan dalam dialek Hokkian. Wang Chongyang diceritakan sebagai pendekar yang memenangkan pertarungan di puncak Hua-Shan. Dia keluar sebagai pemenang setelah mengalahkan Racun Barat, Sesat Timur, Pengemis Utara dan Raja selatan.
|
Sayang tidak banyak yang tahu bahwa Wang Chongyang adalah tokoh sejarah yang benar-benar ada. Beliau adalah pendiri mahzab Quanzhen pada zaman dinasti Song.
Wang Chongyang (王重阳) lahir dari keluarga kaya di desa Liujian,Xianyang,provinsi Shaanxi pada tahun-tahun terakhir Dinasti Song Utara (960 – 1127). Ada yang mengatakan beliau lahir pada tanggal 11 January 1113[1]. Namun ada pula yang mengatakan beliau lahir pada tahun 1112[3]. Beliau terlahir dengan nama Zhongfu
Pada saat muda, beliau sudah berhasil menguasai ilmu bela diri Wushu. Oleh karena itulah, beliau diterima untuk bekerja sebagai prajurit (petugas militer). Sebagai seorang prajurit, beliau sangat disegani. Namun beliau merasa tidak puas dengan kehidupannya tersebut. Akhirnya, beliau meninggalkan karir dan keluarganya.
[Foto Ilustrasi (admin) : Vmenkov , “Sebuah lukisan di kuil Changchun , Wuhan yang menggambarkan Wang Chongyang bersama tujuh muridnya”, Public Domain , Wikimedia ]
Pada tahun 1159, beliau bertemu dengan dua immortal Tao : Zhongli Quan dan Lv Dongbin. Dari kedua immortals inilah beliau belajar Taoisme dan memakai nama Taoist “Chongyang”.
Pada tahun 1160, beliau membangun kuburan untuk dirinya sendiri di sekitar gunung Zhongnan. Belia menamai kuburan tersebut dengan nama “Kuburan Mayat Hidup”. Kemudian beliau tinggal di situ selama tiga tahun.
Setelah tiga tahun, beliau membangun sebuah pondok di atas kuburan tersebut. Di pondok inilah, beliau menghabiskan waktu empat tahun untuk belajar Tao dan membagi pengetahuannya kepada orang lain. Beliau juga mulai menerima murid. Total murid beliau berjumlah tujuh orang : enam orang laki-laki dan seorang perempuan.
Pada masa yang akan datang, ajaran beliau tentang Taoisme dikenal dengan mahzab Quanzhen. Sementara ketujuh muridnya dikenal dengan “Tujuh Manusia Zhenren”. Zhenren artinya disini adalah manusia sejati / mencapai Tao / yang tercerahkan.
Ketujuh murid beliau tersebut menyebarkan ajaran Quanzhen dengan caranya masing-masing sehingga menghasilkan tujuh sekte yang berbeda.
– Sekte Qiu Chuji disebut Longmen
– Sekte Liu Chuxuan disebut Suishan
– Sekte Tan Chuduan disebut Nanwu
– Sekte Ma Danyang disebut Yuxian
– Sekte Hao Datong disebut Huashan
– Sekte Wang Yuyang disebut Yushan
– Sekte Sun Bu’er disebut Qingjing
KEVIN ZHANG
http://nostalgia90an.blogspot.com/
Referensi:
[1]Wang Chongyang and Seven Masters of Quanzhen – http://history.cultural-china.com/en/49History6198.html
[2]Quanzhen Tradition – http://www.taoists.co.uk/quanzhen.htm
[3]Wang Chongyang – Founder of Quanzhen School – http://history.cultural-china.com/en/49H6198H12061.html
[4]The Five Northern Patriarchs – http://history.cultural-china.com/en/49H6198H12063.html
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua