Budaya-Tionghoa.Net | Jiwa sosial seseorang bisa ikut memperhatikan dan aktif meningkatkan pendidikan, budaya masyarakat beginilah yang patut dikembangkan untuk menjadi model pembangunan Bangsa ini. Mereka bekerja tanpa banyak bicara, tanpa pamrih, merekalah yang telah melakukan sesuai dengan kemampuan yang ada, untuk mewujudkan apa yang seharusnya dikerjakan Pemerintah menjamin setiap warga untuk menikmati pendidikan sekolah.
|
Salah satunya adalah Tan Sing Loen , ketua Yayasan Khong Kauw Hwee (KKH) yang selama belasan tahun mengelola sebuah sekolah gratis di kawasan pecinan Semarang. Semangat sosialnya lebih kentara lagi dengan membantu siswa untuk mendapatkan pendidikan gratis untuk golongan manapun yang termasuk tidak mampu.
Yayasan Khong Kauw Hwee Semarang merupakan sebuah yayasan sosial yang telah mengabdikan diri sejak tahun 1935 untuk memberikan pelayanan pendidikan secara gratis bagi anak – anak dari kalangan keluarga yang tidak mampu tanpa membedakan suku, agama dan ras.
Tan Sing Loen dilahirkan di Semarang pada tanggal 10 Oktober 1933. Pada usia 17 tahun Tan Sing Loen mulai berkenalan dengan yayasan KKH dengan terlibat dalam penyelenggaraan bazaar untuk mencari dana. Sesekali Tan muda ini membantu kegiatan sekolah sambil melakoni bisnis alat-alat listrik di tokonya dikawasan pecinan Semarang.
Pada awal tahun 1950an dibuka kursus pemberantasan buta huruf yang diadakan dilingkungan kelenteng Tay Kak Sie . Kursus ini hampir ditutup ketika salah satu pengurus meninggal dunia dan kondisi finansial memburuk. Pada awal tahun 1970an , para alumnus sekolah ini bahu membahu menyelamatkan almamaternya.
Di tahun 1984 , Tan yang berusia 51 tahun menjadi ketua yayasan menggantikan ketua sebelumnya yang meninggal dunia. Dimasa kepemimpinannya , pada tanggal 3 Mei 1987 , berlangsung rapat gabungan dari empat yayasan , yaitu Yayasan Dana Kematian Tjie Lam Tjay , Yayasan Kong Kauw Hwee , Yayasan Kong Tik Soe dan Yayasan Kelenteng Besar Gang Lombok Tay Kak Sie. (lihat situs Khong Kauw Hee )
Dasar pertimbangan untuk pendirian gedung adalah ruang kelas sebelumnya yang sudah tidak layak digunakan dan kurang higienis , juga menertibkan penggunaan gedung dalam kompleks kelenteng besar , ditambah lagi misi sosial sesuai pembukaan UUD 1945 yang berbunyi , “memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.”. Yayasan Kong Tik Soe sendiri menyediakan lahan seluas 500 meter persegi HGB .
Pada tanggal 28 Juni , pihak panitia pembangunan berhasil merampungkan pembangunan gedung , terdiri dari tujuh ruang kelas , satu ruang kepala sekolah dan guru , satu ruang perpustakaan , satu ruang UKS dan satu ruang pendidikan budi pekerti. Gedung ini diresmikan oleh walikota Semarang , H Sutrisno , yang sekaligus merubah nama menjadi TK-SD TPA Kuncup Melati.
Gedung sekolah “Kuncup Melati” yang dikelola Tan ini terletak di Gang Lombok dengan gedung yang tidak terlalu besar dan menampung ratusan anak tak mampu dari berbagai latar belakang untuk menikmati pendidikan tanpa biaya sepeserpun dan dana operasional didapat dari para donatur.
Kesulitan sempat dialami Tan Sing Loen saat dinas pendidikan pada saat itu meminta pembayaran uang karena tidak percaya kalau sekolah ini benar-benar gratis . Tan diminta menghadap kepala dinas , yang kemudian berbalik mendukung setelah diberi penjelasan. Pengalaman Tan dimasa kecil yang sulit mendapatkan akses pendidikan dan hanya lulusan Sekolah Dasar , semakin mendorong Tan mengabdikan diri pada dunia pendidikan. Walaupun biaya pendidikan gratis dan siswanya dari kalangan tak mampu , prestasi sekolah yang dikelola Tan ini tidak terlampau buruk dan mencapai posisi menengah di kota Semarang.
Selain itu , Tan Sing Loen juga menjabat sebagai twako (ketua) Hoo Hap Hwee Semarang . Hoo Hap Hwee adalah yayasan rukun kematian dikalangan pecinan Semarang , yang memberi santunan kepada anggota yang meninggal dunia dan juga sekaligus wadah kerukunan. Tan Sing Loen terpilih sebagai twako dalam beberapa periode termasuk saat pemilihan twako masa bakti 2005-2009. (Suara Merdeka ,14 Juni 2005)
Tan Sing Loen bersama istrinya , Be Bwat Nio dikaruniai lima anak secara berturut-turut Tan Hok Teh (1960) , Tan Hok Chi (1961) , Tan Bee Sian (1963) , Tan Bee Ling (1971) , Tan Bee Lian (1973) , Tan Hok Kim (1975). (Kompas , 2007) Anak ketiga sampai kelima , Tan Bee Sian , Tan Bee Ling , Tan Bee Lian menekuni bowling dan menjadi atlet daerah dan nasional (Suara Merdeka , 8 Desember 2005).
Tan Sing Loen wafat di tahun 2008 pada usia 75 tahun.
REFERENSI :
Lee , Anthony., (3 Agustus 2007) , ” Tan Sing Loen , Meneruskan Tradisi Sekolah Gratis” , Kompas
——————, (8 Desember 2005) , ” Trio Peboling Jateng Tolak Tawaran DKI ” , Suara Merdeka
——————, (14 Juni 2005) , ” Pesta Demokrasi Ala Hoo Hap ” , Suara Merdeka
Situs Khong Kauw Hwee