Budaya-Tionghoa.Net | Hari sembahyang bulan 7 memiliki banyak sebutan, antara lain adalah Yulanpen hui 盂蘭盆會, Yulanpen zhai 盂蘭盆節, Zhongyuan jie 中元節, Gui jie 鬼節, Qiyue ban 七月半. Untuk dua sebutan pertama itu terkait dengan Buddhisme, sedangkan Taoisme menyebutnya sebagai Zhongyuan jie, mayoritas orang Tionghoa menyebutnya Gui jie atau Qiyue ban. Pada umumnya masyarakat hanya beranggapan bahwa bulan 7 adalah bulan hantu atau bulan setan. Sebenarnya menurut saya, istilah yang tepat adalah bulan arwah dan merupakan salah satu dari hari arwah dalam budaya Tionghoa. Hari lainnya adalah Qing Ming, dan tanggal 1 bulan 10.
Secara umum, orang beranggapan bulan tersebut adalah bulan untuk menyembahyangi arwah gentayangan, menyebrangkan mereka yang tersesat di alam kematian “palsu”. Perayaan Zhongyuan jie sebenarnya adalah hari penebusan dosa, dimana pada umumnya dilakukan upacara penyeberangan para arwah gentayangan. Salah satu bagian penting upacara tersebut adalah baichan拜懺 atau upacara penyesalan/ pertobatan, karena pada tanggal 15 itu adalah hari dimana Diguan Qingxu dadi 地官清虛大帝 melakukan inspeksi dan mencatat manusia yang berbuat jahat. Upacara besar bulan tujuh memiliki banyak sebutan, antara lain adalah Yulanpen zhai 盂蘭盆齋 ( ritual Ulambana ), Zhongyuan pudu fahui中元普渡法會 ( Upacara penyebrangan keselamatan di hari Zhongyuan ). Upacara pendukungnya selain baichan 拜懺 adalah Fangyan kou 放焰口 atau Shishi施食 ( kedua upacara ini adalah membuat arwah gentayangan bisa makan ) dan pada umumnya upacara ini dilakukan di 孤臺 atau panggung kesepian yang maksudnya adalah untuk para arwah yang tidak disembahyangi oleh keluarganya, yang tidak memiliki kerabat, yang mati belum saatnya, yang meninggal tidak tenang dan berbagai sebab lainnya dimana arwah tersebut tidak mendapatkan penghargaan sebagaimana layaknya.
Setelah upacara selesai, biasanya dilakukan pembakaran perahu yang disebut fachuan法船 ( perahu dharma/ ajaran ) atau bore chuan 般若船 ( perahu kebijaksanaan ) untuk para arwah melayari lautan penderitaan dan mencapai pantai kebahagiaan. Perahu itu disebut demikian karena para arwah telah dibacakan dharma atau ajaran mengenai ajaran yang benar dan pentingnya belajar melepaskan dari emosi-emosi dan kilesa ( kekotoran batin ) yang menutupi diri mereka sehingga tidak bisa memasuki alam kebahagiaan dan terombang ambing di alam kematian “palsu”. Upacara penyebrangan ini mirip kepercayaan Yunani yang sudah lenyap ( saya tidak mau menyebutnya mitos, karena ini dahulu menjadi kepercayaan orang Yunani ) , dimana mereka yang meninggal itu akan melewati sungai Styx ( arti kata Styx adalah kebencian dan ketidak sukaan ) untuk masuk ke alam kematian.
[Foto Ilustrasi : Perahu yang disebut fachuan法船 (perahu dharma/ ajaran ) atau bore chuan 般若船 ( perahu kebijaksanaan ) , by Chendra Ling Ling , lihat album foto selengkapnya di : http://web.budaya-tionghoa.net/gallery-photoblog/2361-dokumentasi-foto-hari-sembahyang-bulan-tujuh-semarang]
Mikhail Bhaktin menyatakan bahwa setiap festival selalu mengandung nilai-nilai filsafat. Begitu pula perayaan bulan 7 ini. Dalam hal ini adalah landasannya adalah filsafat Yin Yang dan lima unsur. Betapa banyaknya orang yang mengkaitkan festival bulan 7 ini dengan Buddhisme dan Taoisme, yang mana apa yang disentuh hanya berkisaran pada Zhongyuan atau Ulambana. Memang keduanya ini yang memberikan pengaruh besar pada perayaan bulan 7 ini, yang bisa dikaitkan dengan upaya membangun karakter manusia menjadi lebih baik lagi dengan penyesalan, pengampunan dan memupuk kebajikan, baik kepada manusia maupun para arwah yang kesepian. Tapi pertanyaannya, mengapa bulan tujuh ? Apa selalu dikaitkan dengan masa vassa para bhikku ? Dalam filsafat Tiongkok, jawabannya adalah tidak.
Ardian Cangianto
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa