Budaya-Tionghoa.Net | Shi-Ching adalah nama sebuah buku kesusasteraan Tiongkok-lama. Tetapi sampai kini masih sangat berharga dan digemari oleh masyarakat Tionghoa, teristimewa di Tiongkok.
Buku ini sebenarnya himpunan sajak dan nyanyian pilihan – juga seperti balada – yang oleh penghimpunnya sendiri tidak dapat dijelaskan siapa sebenarnya yang menggubah sajak-sajak yang begitu indah.
Terkadang berisi semacam melankholik-balada – terkadang serupa elegi dan bahkan berupa madah.
Ada sedikit keterangan, sajak yang begitu banyak itu, bukan tulisan seorang saja, tetapi tulisan berpuluh penyair dan sastrawan yang hidup pada masa kurang-lebih antara 700 sampai 2000 tahun sebelum Isa – Masehi. Ada yang mengatakan bahwa yang mengumpulkannya yalah Kung Fu Tse beberapa tahun sebelum dia meninggal.
Dapatlah kita perkirakan, itu berarti dikumpulkannya saja dihitung dari zaman sekarang, adalah 2500 tahun yang lalu!
Tidak hanya dalam kesusasteraan Tionghoa saja Shi-Ching mendapat tempat yang terhormat dan dimuliakan. Tetapi sastra asing-pun mengakui Shi Ching, suatu kumpulam puisi – sastra yang sangat indah dan hidup, yang pasti akan tetap hangat sampai akhir zaman.
Sebuah puisi yang dikutip dari buku Shi-Ching, sayangnya kita tidak tahu siapa nama pengarangnya. Tetapi pabila kita meneliti dan merenungi dengan seksama, kita akan berpendapat bahwa penyairnya adalah seorang wanita.
SUMPAH
Melancar menyisir sungai Perahuku, – Rambutku gugur, Tafakur, – mengenang suami ‘lah berkubur. Aku ‘lah bersumpah : Selama hayat dikandung badan, Haram ‘kujamah laki-laki lain. Hanya tinggal seorang, Ibuku Pelipur lara di kala rindu,- Tetapi, beliau tak mengetahui susah dalam dadaku! Melancar menyisir sungai Perahuku. Rambutku gugur, Hanya beberapa helai yang tinggal. Kalau ‘ku mau, dapat kuganti Palsu ; tetapi, ikatan sumpahku? Biarlah kutekadkan menanti mati! Hanya tinggal seorang, Ibuku Pelipur lara di kala rindu, – Tetapi, berapakah yang diketahuinya penderitaanku?
Ternyata begitu banyak menyebar terjemahan dari Shi-Ching dalam hampir segala bahasa di dunia! Yang sudah sangat biasa kita dapati yalah dalam bahasa Inggris – seperti dari Legge – Jullien dll-nya.
Lalu dari bahasa Perancisnya seperti dari G. Pauthier, dan banyak lagi dalam bahasa Jerman, Italia dan Jepang. Lalu terjemahan Shi-Ching semakin meluas – melebar dan menyebar.
Sebuah lagi puisi yang kita ambil dari Shi-Ching yang juga kita tidak tahu siapa penulisnya. Cukup dikatakan hanya diambil – dikutip dari Shi-Ching.
NASEHAT
Dengarkanlah ; Jangan terlalu banyak menghaki tanah! Nanti sesudah kau cangkul, Dan bibit ‘lah kau sebar Tumbuh rumput dengan suburnya, Tak tertenagai olehmu sendiri, Ladangmu menjadi belukar! Jangan banyak kau kenang-kenangkan Orang jauh yang kau cintai! Bila terus kau kenangkan Sedang yang kau cintai tiada datang, Pikiranmu gaduh ditimbun ingatan, Membuat hidupmu tak keruan!
Puisi ini di samping mengandung nasehat yang baik, juga mencerminkan bagaimana sejak ribuan tahun di Tiongkok itu, selalu berkutat dengan perkara tanah! Tanah dan tanah! Secara tipikalnya, revolusi Tiongkok itu adalah revolusi tanah – revolusi perkara agraria!