Budaya-Tionghoa.Net |Karena generasi muda jaman sekarang amat gemar menulis fan-fiksi, maka saya jadi tergelitik untuk mengulas sedikit tentang genre yg satu ini.
Apa itu fan-fiksi (fanfic)? Mengutip Wikipedia, fan-fiksi adalah sebuah cerita fiksi yang dibuat oleh penggemar berdasarkan kisah, karakter atau latar yang sudah ada. Fanfic bisa berlaku untuk film, komik, novel, dan karakter terkenal lainnya.
Ada berbagai bentuk fanfic, salah satu yang paling populer adalah sekuel tak resmi dari novel ternama (disebut tak resmi karena penulisnya berbeda & tanpa seizin dari penulis novel aslinya). Lalu adakah bacaan semacam ini di China kuno? Untuk menjawabnya, mari kita buka buku Cambridge History of Chinese Literature halaman 107, dikatakan “Suplement to Journey to the West, completed in 1640 is the first of sequels that fluorished in the early Qing, when all the major novels acquired multiple sequels.” Disini jelas, bahwa sequel tak resmi dari novel-novel ternama banyak bermunculan sejak awal Dinasti Qing.
Lebih lanjut merujuk buku “Snake Legs, Sequels, Continuation, Rewritings and Chinese Ficiton” karya Martin W. Huang dkk., literatur-literatur semacam ini bahkan memiliki genrenya sendiri, yang disebut sebagai “xushu” (续书).
Lalu “xushu” sendiri artinya apa? Xu artinya melanjutkan, shu artinya buku. Jadi secara sederhana xushu berarti sekuel. Tapi pengertian sekuel disini luas, meliputi berbagai karya yang ditulis mengikuti karya aslinya yang sudah terbit lebuh dulu. Kisah sampingan atau side story & what if juga bisa dimasukkan ke sini. Contoh roman klasik Xiyoubu termasuk side story, sementara Xu Xiyouji bisa dikategorikan sebagai what if. Namun kalau sebuah novel memfan-fiksikan sejarah, maka itu tidak termasuk xushu, karena konsepnya bukan “melanjutkan”.
Beberapa contoh xushu yg cukup populer, misalnya: Xiyoubu (Suplemen Perjalanan ke Barat), Xu Xiyouji (Lanjutan Perjalanan ke Barat), Hou Xiyouji, Shuihu Hou Zhuan (Terusan 108 Pendekar Liang Shan), Hong Lou Meng Ying (Sambungan Impian dari Paviliun Merah), Xu Jin Ping Mei, dsb.
Penulis “fanfic” ini tak terbatas pada penulis kacangan saja. Pujangga besar macam Pu Songling (Strange Tales Liaozhai) ternyata juga pernah menelorkan karya berjudul Chou Jun Ba, yang merupakan fan-fiksi dari Journey to the West + Jin Ping Mei. Ceritanya tentang perzinahan si binatang haram Zhu Bajie (Tie Pat Kay) dengan si binal Pan Jinlian di neraka jahanam (bisa dipastikan ini adalah perzinahan “terpanas” sepanjang masa).
Selain sekuel, tulisan2 lain yang juga bisa dikategorikan sebagai xushu, meliputi:
-Lanjutan cerita yang tidak selesai.
Bagaimana bila pengarang novel favorit kita wafat sebelum ceritanya kelar? Hal inilah yang terjadi pada novel Hong Lou Meng (Dream of Red Chamber), yang ditinggal mangkat penulisnya pada bab ke-80. Konsekuensinya 40 bab terahir HLM-pun terpaksa diselesaikan oleh penulis lain.
-Karya editan
Cukup mengenaskan memang, tapi nyatanya banyak roman klasik Tiongkok yang baru naik cetak setelah pengarangnya tiada. Kondisi inilah yang menyebabkan isi novel mereka sering dikutak kutik oleh pihak-pihak yang mempublikasikannya. Contohnya seperti Qixia Wuyi, sebuah novel tentang Babah Bao & pengawal-pengawalnya. Dalam naskah Qixia Wuyi yang asli, pendekar Bai Yutang direnggut nyawanya oleh siluman laba-laba. Tapi karena editor/ penerbitnya tidak suka dengan tema supranatural, sehingga ceritanyapun diubah menjadi, Bai Yutang tewas karena terperangkap jebakan yang bernama formasi jaring laba-laba.
-Side story (cerita tambahan/sempilan)
Di awal tulisan ini, Suplement to Journey to the West (Xiyoubu) disebut sebagai salah satu novel sekuel pertama di Tiongkok. Konsep sekuel (lanjutan) ini benar, bila Xiyoubu dilihat sebagai novel yang terbit setelah novel orisinilnya (Xiyouji). Namun bila dilihat dari isinya, maka sebenarnya Xiyoubu lebih tepat disebut sebagai side story . Karena ceritanya terjadi diantara bab 61 & 62 Xiyouji (Perjalanan ke Barat). Tepatnya setelah Sun Go Kong menaklukan Siluman Kerbau, tapi sebelum berhadapan dengan siluman berkepala sembilan.
Masih ada contoh xushu lain yaitu Xixiangji yang sumbernya dari Yingying Zhuan, sebuah chuanqi dari dinasti Tang. Cuma kalau Yingying Zhuan endingnya sedih, di Xixiangji endingnya diubah menjadi happy end.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa