Budaya Tionghoa

Forum Budaya & Sejarah Tionghoa

Menu
  • HOME
  • FB GRUP
  • FB PAGE
  • MAILING-LIST
  • Photo
  • Esai & Opini
Menu

Category: Seni Rupa dan Kaligrafi

BENTANGAN BUDAYA VISUAL TIONGHOA Sejak Prasejarah hingga Kontemporer (2)

Posted on January 17, 2014December 1, 2022 by Deni Junaedi

Budaya-Tionghoa.Net| Karya visual pada seni pertunjukan juga menunjukkan jejak budaya Tionghoa. Wayang kulit Jawa versi Tionghoa pun lahir ditangan Gan Thwan Sing. Pria kelahiran Jatinom Klaten ini memadukan tokoh legenda Tiongkok dengan gaya Mataraman Yogyakarta. Pertunjukan yang pernah berjaya pada tahun 1925 hingga 1967 itu berbahasa Jawa dengan lakon, antara lain: She Yu, Sik Jin Kwi – Luk Log Cing Thong, dan Hwi Lyong Thwan. Di antara tokonya adalah Sih Ten San, Sik Jin Kwi, Ting Jing, Liong, dan Burung Hong; tidak ketinggalan pula gunungan.[1] Namun demikian, popularitas wayang tersebut masih kalah jika dibandingkan dengan wayang po the hi (pu-tai-hi).

Read more

BENTANGAN BUDAYA VISUAL TIONGHOA Sejak Prasejarah hingga Kontemporer (1)

Posted on November 29, 2013 by Deni Junaedi

Budaya-Tionghoa.Net|Kendati belum disadari secara luas, fakta sejarah menunjukkan bahwa budaya visual Tionghoa di Indonesia telah ada sejak zaman prasejarah dan terus berlangsung hingga masa kontemporer. Dengan demikian eksistensinya telah ada jauh sebelum pengaruh yang datang dari India, Timur Tengah, apalagi Barat. Dalam bentangan masa yang panjang itu, representasi budaya tersebut disertai beragam konsep dan situasi sosial di belakangnya.

Kebudayaan visual Tionghoa meliputi ranah yang sangat luas. Dalam terminologi estetika modern, jenisnya dapat dikategorikan sebagai seni murni, kriya, desain, maupun arsitektur. Seni murni termasuk lukisan maupun patung; kriya meliputi ketrampilan pembuatan keramik hingga tekstil; desain mengkover rancangan produk sehari-hari dari iklan sampai peniti; dan arsitektur mencakup rumah tinggal hingga tempat peribadatan.

Read more

Ornamen Wen : Zhengwen正吻 / Dawen 大吻

Posted on August 24, 2013 by Liu Weilin
Wen 吻 atau disebut Zhengwen正吻, Dawen 大吻.

Wen merupakan ornamen yang ada dikedua ujung bubungan atap pada jaman Ming dan Qing yang berbentuk kepala naga dengan mulut yang mengigit ujung bubungan atap. Di daerah tiongkok selatan ada beberapa daerah menyebut 'wen dengan sebutan ' Linwen 鳞尾', tapi cara membuatnya 'dawen' ada perbedaannya seperti bagian ekor yang mengulung tidak semuanya, tapi dihias dengan bermacam2 ukir2an.

Menurut catatan sejarah, 'wen吻' paling awal tercatat dijaman Dinasty Han, misalnya adanya menara batu 石阙 Shique jaman Han, dimana atas menara han tersebut sudah ada Wen, namun bentuknya berbeda dengan yang ada pada sekarang ( jaman Ming dan Qing). Wen dijaman Han, kebanyakan disusun dengan penutup genting sehingga mencuat keatas, bangunan bangsawan jaman han kebanyakan mengunakan burung Hong ( funiks),Zhuque 朱雀, atau merak 孔雀. Dari jaman Han sampai Qing, Wen terus menerus mengalami perubahan, dan dalam hal seni semakin hari semakin hidup dan menarik.

Bahan2 yang membuat Wen biasanya terbuat dari Tao atau porselin dan Glassir 琉璃. Bangunan yang penting, bangsawan kebanyakan mengunakan bahan dari Liuli琉璃, Istana terlarang di Beijing yang dibangun jaman Ming, bangunan penting seperti istana Taihe 太和殿 mengunakan wen yang terbuat dari liuli.

Sebutan lain wen adalah chiwei 鸱尾, Chiwei mengantikan model wen yang berupa Zhuque pada jaman Nanbei, dan model chiwei menjadi model baru pada jaman tersebut. Chi= burung elang, wei= ekor. Dalam penjelasan dari buku shuijing 水经注 bagian Wenquan atau sumur sumber air panas, Li Daoyuan 郦道元: " 广兴屋宇,皆置鸱尾" artinya bangunan2 di Guangxing, semuanya memasang Chiwei. Chiwei, chi 鸱 sebenarnya adalah salah satu jenis burung elang atau burung hantu 鹞鹰 yaoying. 

Chiwen 鸱吻
Dinasty Tang pertengahan dan akhir, dari Chiwei berkembang yang tadinya masih ada bentuk burung, semakin hari terjadi perubahan menjadi semacam kepala hewan dengan membuka mulut lebar yang sedang menelan bubungan atap, ujung ekornya mencuat keatas dan melingkar kedalam, sehingga disebut chiwen 鸱吻, atau juga disebut 蚩尾 chiwei, menurut Li Dongyang 李东阳 jaman Ming dalam bukunya ' huailutangji 怀鹿堂集' kumpulan tulisan Huailutang, menyatakan: " Long 龙 atau Liong memiliki sembilan anak, salah satu adalah 蚩尾 yang memiliki hobi menelan segala sesuatu. Bangunan sekarang dimana bubungan atap ada meletakkan kepala hewan, merupakan wujud dari chiwen." Orang Ming menganggap chiwen merupakan anak dari Long 龙, dan long lahir di lautan selanjutnya terbang kelangit, sehingga orang2 meletakkan model 'naga' ini kebubungan atap sebagai ornamen tujuannya adalah dengan maksud memancing hujan dan mencegah kebakaran.
 
Wen merupakan ornamen yang ada dikedua ujung bubungan atap pada jaman Ming dan Qing yang berbentuk kepala naga dengan mulut yang mengigit ujung bubungan atap. Di daerah Tiongkok selatan ada beberapa daerah menyebut ‘wen dengan sebutan ‘ Linwen 鳞尾’, tapi cara membuatnya ‘dawen’ ada perbedaannya seperti bagian ekor yang mengulung tidak semuanya, tapi dihias dengan bermacam ukiran.

Read more

Simbol Kepiting di Kelenteng

Posted on June 20, 2013 by Zhonghua Wenhua

Budaya-Tionghoa.Net | Kepiting dalam bahasa mandarin adalah pang xie 螃蟹 yang memiliki makna binatang yang berjalan ke samping dan memiliki peranan yang cukup penting dalam budaya makanan Tionghoa, selain itu kita juga bisa melihat ornamen-ornamen kepiting dalam bangunan kelenteng maupun lukisan.

Read more

Enso dan Zen

Posted on January 27, 2013 by HZW

Budaya-Tionghoa.Net | Sebagai sebuah simbol , lingkaran mengekspresikan totalitas dari eksistensi kita . Baik dalam upacara pemujaan matahari maupun kisah mitologis ataupun konjungsi seni dan religi , sebuah arketip yang final seperti yang dikatakan Carl Jung . Abad demi abad lingkaran ini mengitari berbagi kultur seperti matahari yang seolah mengelilingi bumi dan diperebutkan dalam klaim-klaim sepihak yang digambarkan secara satir oleh sastrawan ternama Rusia , Leo Tolstoy.[1] Ataupun seperti bulan yang juga menjadi simbol dalam budaya manapun dan kemampuannya memberikan sinar (sebenarnya pantulan matahari) yang lembut tanpa menghanguskan

Read more
  • 1
  • 2
  • 3
  • Next
Budaya Tionghoa

Recent Posts

  • UANG DALAM PERSPEKTIF BUDAYA DAN FILSAFAT TIONGHOA (BAGIAN PERTAMA )
  • MENGINTERPRETASIKAN DENGAN REKAN-REKAN DAODE JING BAB 2
  • LIST BUKU BUKU YANG DITERBITKAN DAN ATAU KERJASAMA DENGAN GRUP BUDAYA TIONGHOA
  • DAODE JING BAB 1, AWAL DAN MULAINYA PENAMAAN (DAN PEMAKNAAN KAMI)
  • APA DAN BAGAIMANA SHENGREN : SEBUAH NOTULENSI
  • REVIEW FILM : MULAN 2020
  • KISAH SEDIH TENTANG PUISI LI MOCHOU „AKU BERTANYA PADA DUNIA APAKAH CINTA ITU?“
  • BAO ZHENG – HAKIM YANG JUJUR
  • LI BAI ( LI TAI PO ) – PUJANGGA TERMASYHUR
  • TATA CARA PENULISAN TABLET PAPAN ARWAH

Recent Comments

  1. Eka on Marga Jiao , Djiauw , Nyao, Nyauw, Rao [1]
  2. Andi Anwar on Mengenal Ciswak [2]
  3. Erwin R Tan on KELENTENG DAN AGAMA BUDDHA MENUJU KEHARMONISAN
  4. Huang Dada on REVIEW FILM : MULAN 2020

Archives

Categories

agama Bandung budaya budaya tionghoa buddhisme capgome dewa Diaspora dinasti ming dinasti qing dinasti song dinasti tang fengshui Festival filsafat fotografi hakka Hengki hokkian Huangdi imlek jin yong kelenteng kematian kisah laozi lasem Li Bai Marga marga li marga tan marga tionghoa peranakan pernikahan sastra seri LF she Siauw Giok Tjhan sne tao taoism taoisme tibet tionghoa zheng he

© 2023 Budaya Tionghoa | Powered by Minimalist Blog WordPress Theme