Budaya-Tionghoa.Net | Sebuah kisah yang amat menggugah hati orang terjadi di propinsi Ciang Si kota Nan Chang. Pada tahun 1938 bertepatan dengan masa peperangan Sino-Japanese War II. Saat waktu luang ,banyak tentara pergi berbelanja keperluan sehari-hari. Saat itu mata uang yang digunakan adalah Yen. Kaum wanita yang sudah berusia lanjut dan lemah tampak berjajaran di sepanjang jalan menjual handuk dan kaos kaki bagi keperluan tentara.
Confucianism Dan Pendidikan Intelektualitas Individu
Budaya-Tionghoa.Net| Confucianisme dalam bahasa mandarin Ru Xue berarti teori dari intelektualisme. Dijaman tekhnologi informatika dan telekomunikasi ini dapat dikatakan bahwa Confucianisme adalah mendidik, membentuk manusia menjadi orang dewasa yang mandiri, berkebudayaan dan bermoral. Saya dapat mengatakan bahwa Confucianisme tidak saja membentuk manusia yang pintar, cerdas secara IQ namun berbarengan juga dengan kecerdasan emosional (EQ).
Menuju Indonesia Yang Baik Dengan Ter-Realisasi-Nya “Bhinneka Tunggal Ika”[3] – Menjadi Dongkrak Perang Urat Syaraf
Budaya-Tionghoa.Net| Dalam rangka memulihkan kekuasaan, penjajah Belanda menjalankan perang urat-syarat yang bertujuan meniadakan sympathie dunia terhadap RI, yang dinyatakan RI sebagai bikinan militer Jepang. Untuk mengatasi ini, sistem kabinet yang semula Presidentieel dirubah menjadi sistim kabinet parlementer, membatalkan rencana PNI sebagai partai tunggal dengan tetap membiarkan partai2 politik yang ada hidup secara bebas. Usaha penjajah Belanda dengan men-cap RI bikinan Jepang bisa digagalkan, tapi penjajah Belanda tidak putus-asa. Kemudian digunakanlah kedudukan minority ethnik suku Tionghoa sebagai ‘dongkrak’ yang menimbulkan persoalan merugikan RI.
Menuju Indonesia Yang Baik Dengan Ter-Realisasi-Nya “Bhinneka Tunggal Ika”[2] – Sejarah Memupuk Rasa Bersatu
Budaya-Tionghoa.Net| Memperhatikan Bangkitnya Kesadaran Nasional dan dimulainya usaha menyusun kekuatan Rakyat untuk mencapai Kemerdekaan Nasional, orang tentu melihat bahwa Indische Partij yang dibentuk oleh tiga serangkai, Dr. Tjipto Mangunkusumo; Ki Hajar Dewantoro dan Dowers Dekker, adalah organisasi politik pertama di Indonesia yang mempunyai konsepsi paling menyeluruh mengenai wilayah dan mereka yang wajib dinyatakan sebagai warga-negara dan usaha mencapai Kemerdekaanpolitik penuh. Sejak tahun 1912, adanya konsepsi Indische Partij itulah diakui bahwa, hak seseorang yang dilahirkan di Indonesia dan dibesarkan di Indonesia untuk menentukan kewarga-negaraan.
Menuju Indonesia Yang Baik Dengan Ter-Realisasi-Nya “Bhinneka Tunggal Ika”[1] – Pendahuluan
Budaya-Tionghoa.Net| Di bawah ini adalah naskah ceramah almarhum Siauw Giok Tjhan di Seminar P.P.I. di Negeri Belanda pada bulan September 1981. Siauw Giok Tjhan, yang pernah ditahan selama 13 tahun oleh rejim Soeharto tanpa proses pengadilan, adalah seorang tokoh pejuang kemerdekaan nasional Indonesia sejak awal tahun 1930-an. Dedikasinya kepada perjuangan rakyat, kepada kesatuan dan persatuan nasional bangsa Indonesia, diwarnai oleh integritas moral dan politik. Siauw pernah jadi menteri R.I. yang bertugas mengumpulkan ‘funds and forces’ pada tahun-tahun pertama Republik proklamasi, pernah jadi anggota DPRGR, MPRS dan DPA. Almarhum adalah pemimpin Baperki, pendiri Universitas Res Republica. Ceramah ini diberikan beberapa bulan sebelum Siauw meninggal dunia di Negeri Belanda.