Budaya-Tionghoa.Net | Gaohu adalah alat musik yang paling penting dalam musik tradisional Guangdong, bisa dikatakan bahwa gaohu adalah “jiwa” dari musik Guangdong.
Forum Budaya & Sejarah Tionghoa
Budaya-Tionghoa.Net | Gaohu adalah alat musik yang paling penting dalam musik tradisional Guangdong, bisa dikatakan bahwa gaohu adalah “jiwa” dari musik Guangdong.
Budaya-Tionghoa.Net | Erhu bisa dikatakan sebagai alat musik tradisional China yang paling populer disamping Guzheng dan Dizi.
Secara umum, keluarga alat musik gesek ini dikenal juga dengan nama huqin yang berarti “alat musik orang barbar”, dinamakan demikian karena diperkenalkan oleh orang barbar yang berasal dari Asia Tengah.
Budaya-Tionghoa.Net | Bongpay (Mandarin: Mu-bei) adalah sebutan dalam dialek Hokkian untuk papan nisan pada makam tradisional Tionghoa yang biasanya terbuat dari batu, marmer ataupun batu sejenis lainnya. Di atas bongpay biasanya terdapat tulisan-tulisan dalam karakter Han yang mengandung makna dan nilai artistik tersendiri. Bongpay biasanya selain menuliskan mengenai mendiang pemilik makam tadi, juga melambangkan bakti dari anak cucu sang mendiang.
Budaya-Tionghoa.Net | Li Bai membuka sajak ‘rembulan bukit perbatasan – guan shan yue’, (purnama di bukit langit, zhou fu yuan, gramedia, hal 30) dengan kalimat ‘ming yue chu tien shan – bulan purnama terbit di bukit langit (bukit langit = thian san)’ dan menutup bait pertama dengan ‘terus bertiup melintasi gerbang kumala (gerbang kumala = Giok Boen koan – yu men guan)’ . Apa yang menarik di puisi ini? Dimanakah Li Bai melihat purnama terbit di Thian San (bukit langit)? Pernahkah Li Bai kesana? Dimanakah Thian San dan dimanakah Giok Boen Koan?
Budaya-Tionghoa.Net | “Buku ini tidak dapat ditulis seandainya tak ada hari ulangtahun yang tidak dirayakan. Maksud saya, selama lebih daripada duapuluh tahun terakhir ini saya ‘menghilang’ pada setiap hari ulang tahun saya. [.] Saya pergi ke tempat-tempat dimana saya dapat menelusuri para pengarang kesastraan Melayu Tionghoa”
Begitulah yang dikatakan Myra Sidharta dalam kata pengantar dibuku karyanya yang berjudul “Dari Penjaja tekstil sampai Superwoman”. Walau selama duapuluhtahun tak pernah merayakan ulangtahun karena selalu berkelana mencari jejak-jejak keturunan para pengarang Kesastraan Melayu Tionghoa, hal ini tidaklah sia-sia karena membuat Myra memperoleh banyak sumber mengenai apa yang selama ini ia tekuni selama berpuluh-puluh tahun lamanya.