Budaya-Tionghoa.Net| Keharmonisan hubungan suami dan istri sangatlah ditekankan dalam ajaran Confucius. Kedudukan seorang perempuan kelihatannya menduduki sifat Yin yang mana lebih bersifat menuruti seorang Suami. Tentunya dalam era kehidupan saat ini, telah tercatat banyak sekali perempuan yang menunjukkan emansipasinya dalam ikut berperan serta memajukan kehidupan suatu negara. Perlu juga kita sadari, di sisi lainnya, bahwa sebagai seorang perempuan yang melahirkan anak-anaknya, kiranya peran sebagai seorang ibu rumah tangga juga tidak begitu saja dapat diabaikan. Kedekatan seorang ibu terhadap anak-anaknya sangatlah memegang peranan dalam perkembangan moralitas anaknya tersebut.
Tag: Hengki
Seri Tulisan Confucius [9] – Hubungan Ayah dan Anak
Budaya-Tionghoa.Net| Sangat ditekankan oleh Confucius, bahwa dalam berbagai posisi apakah sebagai seorang pemimpin atau kepala negara, bawahan atau menteri, ayah dan anak, haruslah mampu menyadari akan fungsi dan tanggungjawabnya masing-masing sehingga terbentuk keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.
Guru Khung Fu Zi bersabda, ” Raja berfungsi sebagai raja, menteri berfungsi sebagai menteri, ayah berfungsi sebagai ayah, dan anak berfungsi sebagai anak.” (Lun Yu XII/11).
Seri Tulisan Confucius [7] – Hukum Kejadian Sebab Akibat
Budaya-Tionghoa.Net | Hukum kejadian sebab akibat dalam pengertian Confucianisme ditekankan dari sisi etika moral yang menggemilangkan kebajikan. Seseorang sebelum mampu mengatur dunia haruslah mampu mengatur diri sendiri dimana dia harus mampu mengolah jati diri sejatinya dengan meluruskan atau mengendalikan pikirannya. Dengan membulatkan tekad maka dia akan mampu meluruskan atau mengendalikan pikirannya secara baik yang kesemuanya dimulai dari meneliti inti dari setiap kejadian [Ke’-wu]. Perenungan yang demikian akan membawa seseorang berusaha mengolah dirinya dan mengharmonisasikan kehidupan rumah tangganya, sehingga mampu mengatur negerinya menuju tercapainya perdamaian dunia.
Seri Tulisan Confucius [6] – Manusia Harus Mengerti Kapan Harus Diam
Budaya-Tionghoa.Net | Manusia harus mengerti kapan dia harus diam dan kapan harus bicara. Baik dalam ajaran Buddhisme maupun Taoisme mengenal prinsip diam yang masing-masing memiliki konsep pengertian yang hampir dapat disamakan. Adakalanya kita memerlukan waktu untuk lebih banyak diam, lebih banyak mendengarkan. Kita terlalu disibukkan dengan berbagai permasalahan duniawi, masalah rumah tangga yang rumit, pekerjaan di kantor yang tidak berkesudahan, bisnis usaha yang tidak stabil, teman yang menyebalkan, dan berbagai permasalahan lainnya. Permasalahan inipun sering kita bawa pada saat menghadap di depan Yang Maha Agung, dan kitapun mengeluhkan berbagai permasalahan tersebut dengan harapan akan menemukan suatu jalan keluar.
Seri Tulisan Confucius [4] – Lima Kitab (Five Classics / Wu Cing)
Budaya-Tionghoa.Net | Penyalinan ulang Lima Kitab [Wu Cing] merupakan suatu perwujudan nyata dimulainya era tradisi Confucianisme. Pencantuman naskah pra-Confucianis yaitu Kitab tentang Sejarah [Shu Cing] dan Kitab tentang Sajak [Shi Cing], dan naskah Ch’in Han seperti bagian tertentu dari Kitab tentang Upacara [Li Chi], mencerminkan bahwa semangat dibalik kebangkitan rencana pendidikan inti terhadap ajaran Confucius adalah bersifat menyeluruh. Lima Kitab dapat diuraikan dalam lima konsep pandangan, yaitu metafisikal, politik, puisi, sosial, dan sejarah. Wu Cing yang isinya sangat sulit dimengerti tersebut pada umumnya dipelajari setelah seseorang menguasai naskah yang ada dalam Empat Buku [Shih Shu].