Budaya-Tionghoa.Net| Kemarin dulu putriku pulang dari pekerjaannya mengatakan padaku:”papa saya telah membicarakan dengan oncolog tadi siang, dan papa akan mendapatkan chemoterapi pada hari rabu tanggal 9 Juni jam 09.45 pagi. Dua hari sesudah kedatangan kalian dari vakansi ke pulau-pulau kanari. Tetapi papa harus selasa jam 09.30 pergi membicarakan dengan dia.” Sambil ketawa putriku menepok-nepok pundakku dan lalu menciumku dan melanjutkan dengan kata-kata:” papa punya kondisi baik, semangat juga baik dan papa mempunyai keulatan. Saya tidak kewatir dan takut, semua pasti OK, seperti yang sudah-sudah.” Aku ketawa dan menerimanya dengan mangguk-mangguk. Namun yang agak menekan pikiranku ialah effek sampingan dari chemoterapi. Meskipun aku tidak banyak memikirkan tentang hidup dan mati, namun tokh ada satu perasaan yang aku sukar menulis dengan kata-kata. Seperti ada sesuatu yang tidak enak di dadaku dan pikiranku, arek Surabaya mengatakan ada “ganjelan” dalam hati. Namun keluargaku semua mendukung aku dengan penuh cinta-kasih, dan aku tidur dengan nyenyak tanpa kesulitan.
Month: May 2004
Upacara Perpisahan Dengan Rokh
Budaya-Tionghoa.Net| Saya sedikit bingung bagaimana cara menyuruh pergi bau-bauan wangi dan bau badan serta seakan-akan ada bunyi dengusan nafas sekitar saya. Perkara ini sudah saya ceritakan di milis ini. Saya cari akal dan mengingat apa daya saya buat berpisah atau menyuruh dengan halus dan sopan rokh yang ada di sekitar saya. Rasanya saya perlu bertanya dan bahkan minta bantuan anak saya, yang ketika itu masih mendalami ilmu ke-paranormal-an bersama teman seniornya, si Rik. Nit lalu mengingatkan saya ketika saya dimintanya membuat upacara syukuran karena almarhum mamanya sudah “dinaikkan” ke atas oleh mereka berdua.
S A K I L [2]
Budaya-Tionghoa.Net | Karena keanehan-keanehan tertentu dalam pendidikan orangtua Sakil terhadap anaknya, maka setiap orang akan melihat, ada apa dengan Sakil ini. Terkadang tampaknya dia bingung dan selalu agak kusut – ada beban pikiran yang tak terletakkan. Sudah saya tuliskan bahwa Sakil ini sebenarnya anak baik – bahan-bahannya baik. Tetapi karena mendapat perhatian sangat sedikit dari orangtuanya – bahkan seakan-akan tidak diperdulikan, maka anak ini terlihat lain dari anak-anak lain. Apanya yang lain, itupun tidak kentara apa sesungguhnya. Mungkin dengan kata memelas – atau orang merasa iba melihatnya. Anak yang baru mau bertumbuh, tetapi samasekali tidak mendapatkan perawatan – perhatian selayaknya dari orangtuanya sendiri, tentulah akan menemui keadaan yang tidak normal.
Saya Bahagia Melihat Teman Bahagia
Budaya-Tionghoa.Net | Kemaren. Sabtu malam kami diundang buat merayakan ulangtahun kedua teman kami, sepasang suami istri, sekaligus memasuki usia pensiun. Jadi ada tiga titik perayaan dan pestanya. Dua berulangtahun dan satu memasuki usia pensiun. Teman baik saya, Tis dan istrinya Sin. Dua orang yang sederhana sebagai manusia – ramahtamah – terbuka dan selalu menyenangkan orang. Dua orang ini selalu peduli pada hal-hal yang seharusnya kita pedulikan. Dan dua teman saya ini, adalah orang saleh dalam beragama Kristen-Protestan.
S A K I L [1]
Budaya-Tionghoa.Net | Cukup banyak anak-anak di sekitar perkampungan kami. Umur mereka sekitar usia SD – antara 6 sampai 9 tahun. Anak-anak ini saling berteman, tetapi juga saling berkelompok. Cucu saya, Berry, berkelompak dengan anak-anak Belanda-totok. Namanya Yasper, adiknya Timmy laki-laki, lalu adiknya perempuan Fleure. Berry termasuk kelompok ini.