Budaya-Tionghoa.Net |
Manusia seringkali memulai kehidupan dengan awal yang serba biasa saja . Demikian pula dengan Cheng Daqin (Huang Xiaoming , Chou Yunfat) yang hanya seorang pria tampan tapi bersahaja dan tidak ada ambisi yang muluk dalam diri mudanya. Ketertarikannya hanya gadis tetangganya yang cantik , Ye Zhiqiu (Joyce Feng Wenjua , Yolanda Yuan Quan) . Perlahan tetapi pasti keadaan menggiringnya ke Shanghai dan menjadi orang yang paling berpengaruh di Shanghai . Bagaimana bisa ?
Sutradara Wong Jing memberlakukan dua garis waktu dimana Chen Daqi muda diperankan oleh Huang Xiaoming dan Chen Daqi tua diperankan oleh Chou Yunfat. Dua alur ini berjalan bersamaan dan bergantian disepanjang film . Chen Daqi yang lugu dituduh sebagai pembunuh dan berada dalam satu sel bersama seorang perwira bernama Mao Zai (Francis Ng) . Chen Daqi akhirnya lolos berkat bantuan Mao Zai. Dari sini sepasang insan Ye dan Chen terpisah dimana Ye menuju Beijing untuk membina karir sebagai pemain opera dan Chen menuju Shanghai untuk memulai hidup baru.
Salah satu fase penting dalam karir Chen Daqi adalah bertemu dengan Hong Shouting (Sammo Hung), seorang pemimpin mafia yang berkuasa. Bagi Chen memilih majikan yang tepat adalah kunci kesuksesan . Dia akhirnya mengabdi kepada Hong Shouting. Dengan kesetiaan dan pengabdiannya kepada boss Hong , Chen terus merangkak naik hingga menjadi adik angkat Hong Shouting dan menjadi orang yang paling berpengaruh di Shanghai.
Ye Zhiqiu kembali bertemu dengan Chen Daqi disebuah gereja. Mereka diserbu oleh kelompok bersenjata sehingga Chen Daqi dan pengikut setianya menghabisi kawanan itu. Ye Zhiqiu yang tidak tahan dengan kehidupan keras yang dijalani Chen Daqi akhirnya menikah dengan pria lain. Diam-diam Chen mengutus anak buahnya untuk mengawasi dan menjaga Ye Zhiqiu dari marabahaya.
Kekuasaan Chen Daqi dan Hong Shouting terancam oleh ancaman serbuan Jepang ke Shanghai . Walaupun Chen Daqi adalah pemimpin mafia yang kerap bertentangan dengan hukum tetapi dia punya jiwa patriotisme . Dia menolak berkolaborasi dengan Jepang dan bahkan mengancam secara halus petinggi Jepang .
Film ini berlatarkan Shanghai di tahun 1930an menjelang serangan Jepang ke kota tersebut yang juga membuka jalan bagi Jepang untuk ke Nanjing yang melahirkan Tragedi Nanjing.
Chow Yun-fat memang dikenal sebagai aktor yang punya karisma besar untuk memerankan tokoh gangster , dewa judi dalam sejarah perfilman Hong Kong. Chow Yun-fat juga meraih popularitas dalam serial klasik “The Bund”. Karisma besar Chow Yun-fat yang membuat bintang sekaliber Huang Xiaoming ini menjadi penggemar Chow. Dalam film ini Huang punya kesempatan besar bertemu idolanya .
Figur Chen Daqi sendiri merupakan adaptasi dari tokoh Due Yue-sheng , seorang gangster Shanghai yang punya hubungan dekat dengan Chiang Kai-shek dan merupakan pendukung utama KMT.
Moral story dari film ini adalah betapa rapuhnya korupsi yang merajarela di Tiongkok pada masa itu. Dalam kondisi ini Tiongkok harus bersiap menyambut serangan Jepang dengan teknologi dan moral perang yang lebih kuat dari Tiongkok. Dalam kondisi sulit inilah setiap orang bisa terlihat sifat aslinya. Seorang perwira tinggi seperti Mao Zhai mengkorupsi bantuan keuangan yang diberikan Chen Daqi dan Hong Shouting . Sementara seorang petinggi mafia seperti Chen Daqi punya jiwa kesetiakawanan yang kuat dan juga patriotisme yang tinggi terhadap negaranya dimasa sulit.
Tetapi , film ini jauh dari memuaskan. Kemampuan Chow Yun-fat tampaknya tidak bisa digunakan secara maksimal oleh sutradara Wong Jing yang memang produktif dalam membuat film tapi langka penghargaan.
Title : The Last Tycoon / Da Shanghai / 大上海
Starring : Chow Yun-fat , Sammo Hung , Francis Ng , Huang Xiaoming , Yuan Quan , Monica Mok
Duration : 118 Min
Producer : Andrew Lau
Director : Wong Jing
Languange : Mandarin
Rating 6.5/10