Budaya-Tionghoa.Net | Sebenarnya saya belum begitu lama mengenal Mas Kusno. Tapi saya sudah mulai tertarik kepadanya. Sebab dia selalu ngomong dan bercerita tentang hal-hal besar. Yang bukan urusan biasa sehari-hari, bukan hal sepele. Apa dia bilang? Katanya, kita yang hidup di luarnegeri ini, jangan hanya enak-enak saja, menikmati kehidupan sehari-hari, tanpa mengingat keadaan teman-teman dan anak-anak miskin di tanahair. Ingat anak-anak jalanan – ingat anak-anak yatim-piatu – anak-anak miskin yang hidupnya bukan hanya tidak mampu bersekolah, tetapi mau hiduppun susah! Sudah seharusnya kita ini mengulurkan tangan buat membantu mereka. Kiita harus berbuat demi anak-anak itu. Masaksih kita tidak bisa menyumbang barangkan sedikit – memisahkan uang pendapatan kita barangkan satu dua euro – atau seberapalah semampu kita.
Category: Sobron Aidit
Surat Dari Jakarta [9] – Makanan Perut dan Selera
Budaya-Tionghoa.Net | Pabila sudah jam 17.00 di banyak jalan – tempat – terminal dan bagian-bagian yang diperkenankan orang berjualan – berjaja – makanan yang lezat-lezat, Jakarta sudah mulai sibuk dengan menggelar dan siap menyajikan makanan. Di Jakarta mau makan apa saja, selalu ada dan tersedia. Asal tahu dan pandai mencari tempatnya di mana – maka makanan apa saja akan dapat ditemui. Sekarang lebih gampang kalau mau tahu, makanan sejenis ini itu, pabila kita tidak tahu, tanyakan saja kepada milis “jalan-sutra”,- maka kita akan mendapatkan jawaban yang lebih dari sekedarnya. Tapi jangan tanya kepada saya, sebab saya anggota baru dan lagi tidak berdiam dan berdomisili di Jakarta dan Indonesia. Kalau makana yang di Paris, mungkin saya akan lebih tahu daripada di Jakarta. Dan oleh sebab itulah, saya dengan sangat senang bergabung dengan teman-teman di “jalan-sutra”.
Surat Dari Jakarta [4]
Budaya-Tionghoa.Net | Ada dua kelas yang ketika itu gurunya bu Deasy. Deasy mengajar bahasa Inggris. Des sudah menyiapkan seperangkat alat-alat tulis dan gambar-foto buat diperagakan yang ditulis dalam bahasa Inggris. Bu Des menjadi tuanrumah saya selama pengenalan dan pergaulan di jalansutra dan selama di Jakarta. Orangnya lincah – gesit dan penuh semangat pengabdian kepada sekolah KARTINI ini. Persahabatannya dengan dua bunda-kembar Sri,- sangat bersesuaian dengan cita-cita pengabdiannya. Sama-sama satu tujuan, bekerja dan mengabdikan diri bagi anak-anak miskin dan anak-anak jalanan – anak-anak yang tadinya gelandangan.
Surat Dari Jakarta [2]
Budaya-Tionghoa.Net | Ada kebiasaan yang baik di kalangan anggota milis jalansutra, yang saya salah seorang anggotanya. Pabila seseorang pulang dari perantauan dan datang ke Indonesia – Jakarta, akan selalu dijamu makan bersama. Dan ketika hari itu ada beberapa orang datang dari Singapura danseorang dari Paris – saya,- yang diundang makan bersama. Deasy seorang aktivis dari milis jalansutra menilpun saya apakah saya sempat menghadiri perjamuan itu. Saya jawab, bisa dan siap. Kata Deasy, dia siap menjemput di Cibubur atau di suatu tempat.
Surat Dari Jakarta [3] – Sekitar Jembatan Ancol
Budaya-Tionghoa.Net | Ketika hari Sabtu itu, ada ujian pelajar kecantikan dan kapsalon. Ketrampilan menghias wajah – kepala dan rambut. Setiap calon pengikut-ujian sudah menyiapkan modelnya masing-masing. Dan sudah menyiapkan perangkat alat-alat hias dan kecantikan – sekeranjang alat-alat disiapkan di meja yang memang tersedia buat keperluan tersebut. Sejumlah 20 orang siswa segera akan menghadapi ujian. Semua pelajar yang rata-rata sudah dewasa – yang dulunya juga bersekolah di Sekolah Darurat KARTINI Ancol ini, kini terus meningkatkan kelanjutan pelajarannya. Dan semuanya berasal dari sekitar Jembatan ANCOL ini serta perumuhan kumuh Jakarta Utara.