Budaya Tionghoa

Forum Budaya & Sejarah Tionghoa

Menu
  • HOME
  • FB GRUP
  • FB PAGE
  • MAILING-LIST
  • Photo
  • Esai & Opini
Menu

Marga ZŌU [COU]邹 (鄒)

Posted on July 27, 2016 by Thng Liang Wu 汤亮羽 & Liao King Hian 廖敬贤

邹 (鄒)

ZŌU [COU]

 

Mandarin: Zōu; Hokkian: Cou;

Tiociu: Cou; Hakka: Ceo; Konghu: Cau

Ejaan Hokkian lama di Indonesia: Tjouw

Pusat leluhur: Fanyang 范阳

(Sekarang propinsi Hebei 河北)

Nomor urut pada Tabel Utama: 270

Nomor urut pada Baijiaxing: 35

 

Read more

Marga Fan ( Huan ) 范

Posted on July 27, 2016 by Thng Liang Wu 汤亮羽 & Liao King Hian 廖敬贤

FÀN [HUAN]

范

Mandarin: Fàn; Hokkian: Huan;

Tiociu: Huang; Hakka: Fam; Konghu: Fan

Ejaan Hokkian lama di Indonesia: Hoan, Hwan

Pusat leluhur: Gaoping 高平

(Sekarang propinsi Shandong 山东)

Nomor urut pada Tabel Utama: 31

Nomor urut pada Baijiaxing: 46

Read more

Mengenali sembahyang rebutan ( bag.1 )

Posted on July 21, 2016December 1, 2022 by Ardian cangianto

Mengenali sembahyang rebutan 

oleh

Ardian Cangianto

 

 

 

PENDAHULUAN

Setiap menjelang bulan tujuh penanggalan Tionghoa, kelenteng-kelenteng sering melakukan berbagai upacara ritual untuk para arwah gentayangan dan para leluhur. Masyarakat pada umumnya sering menganggap sembahyang qiyue ban 七月半( pertengahan bulan tujuh ) yang berkaitan dengan guijie 鬼節 (festival arwah)[1] atau sembahyang rebutan  ( cioko / qianggu 搶孤) yang merupakan tradisi “kelenteng”. Sebenarnya tidak tepat juga anggapan bahwa festival arwah itu adalah festival dan tradisi yang hanya dilakukan di kelenteng. Perlu diketahui bahwa pada umumnya mereka di Taiwan, Hongkong maupun Tiongkok daratan sekarang ini pada saat festival arwah sering mengadakan sembahyang di pinggir jalan tanpa perlu atau wajib melakukan itu di kelenteng. Sedangkan dalam agama Buddha Mahayana Tiongkok disebut sembahyang Ulambana.  Taoisme menyebutnya sebagai festival Zhongyuan 中元節.

 

Pic. 1 Tradisi rakyat di Guilin Tiongkok

 

 

Pic. 2 Tradisi rakyat di Hongkong

 

 

 

            Tapi sepanjang penulis tahu, tradisi ini tidak terjadi begitu saja. Adanya pengaruh Buddhism disamping Taoism dan tradisi-tradisi Tionghoa lainnya yang  kemudian membentuk upacara ini. Saling interaksi itu nantinya akan memberikan pula warna bagi tradisi sembayang rebutan di kelenteng ataupun dalam tradisi yang dilakukan oleh penganut kepercayaan Tionghoa. Menurut Zhou Shujia 周树佳, tradisi ini pada umumnya dianggap dari agama Buddha tapi sesungguhnya berasal dari Taoism[2]. Dalam tulisan ini, penulis tidak akan memfokuskan mana yang lebih dahulu atau milik agama apa. Apa yang penulis ingin paparkan adalah asal muasal serta makna-maknanya. Yang jelas perayaan bulan tujuh imlek itu adalah perayaan yang penuh makna dan dirayakan selama ribuan tahun.

Read more

MARGA DĪNG [TING]

Posted on May 13, 2016 by Thng Liang Wu 汤亮羽 & Liao King Hian 廖敬贤

DĪNG [TING]

丁

Mandarin: Dīng; Hokkian: Ting;

Tiociu: Teng; Hakka: Ten; Konghu: Ting.

Ejaan lama di Indonesia: Ting, Teng.

Tempat leluhur: Jiyang 济阳 sekarang propinsi Shandong 山东

Nomor urut pada Tabel Utama: 26

Nomor urut pada Baijiaxing: 177

 

Ada beberapa jalur turunan sne Ding [Ting] 丁, yang pertama ketika Zhou Wuwang [Ciu Bu Ong] 周武王 menghancurkan Shang Zhouwang [Siang Tiu Ong] 商纣王 yang lalim dan mendirikan dinasti Zhou [Ciu] 周, sudah ada raja muda di Ding [Ting] 丁, yang kemudian turunannya menggunakan sne Ding [Ting] 丁. Di sini tidak jelas dari mana asal usul leluhur sne Ding ini.

Jalur kedua adalah, anak Jiang Taigong [Khiang Thaikong] 姜太公 bernama Dinggong [Ting Kong Kip] Ji 丁公伋, turunannya menggunakan Ding [Ting] sebagai sne. Jadi Ding [Ting] 丁 berasal dari sne Jiang 姜 [Khiang]. Pusat dari jalur keturunan ini di Jiyang [Ce Yang] 济阳, propinsi Shandong 山东 [Snua Tang].

Read more

Menyambut Rejeki (Kemakmuran) di Malam Tahun Baru Imlek

Posted on April 24, 2016 by Ardian Cangianto

Menyambut Rejeki (Kemakmuran) di Malam Tahun Baru Imlek

 

Kita sering dengar “open house” pada saat perayaan-perayaan tertentu. Misalnya saat Imlek atau Idul Fitri, mereka dari kalangan yang mampu mengadakan “open house” bagi kaum fakir miskin. Mereka membagi-bagi rejeki kepada kaum fakir miskin, memang hal itu adalah hal yang baik. Karena melaksanakan amal dan membagi keuntungan yang didapat selama ini bagi kaum yang tidak mampu. Tapi dalam masyarakat Tionghoa ada satu tradisi yang mulai melenyap.

Read more
  • Previous
  • 1
  • …
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • …
  • 557
  • Next
Budaya Tionghoa

Recent Posts

  • Mengintepretasikan dengan Rekan-rekan Daode Jing Bab 2
  • List Buku-buku yang Diterbitkan dan atau Kerjasama dengan Grup Budaya Tionghoa
  • Daode Jing bab 1, Awal dari Mulainya Penamaan (dan Pemaknaan Kami)
  • Apa dan Bagaimana Shengren: Sebuah notulensi
  • REVIEW FILM : MULAN 2020
  • KISAH SEDIH TENTANG PUISI LI MOCHOU „AKU BERTANYA PADA DUNIA APAKAH CINTA ITU?“
  • BAO ZHENG – HAKIM YANG JUJUR
  • LI BAI ( LI TAI PO ) – PUJANGGA TERMASYHUR
  • TATA CARA PENULISAN TABLET PAPAN ARWAH
  • PAN AN – SASTRAWAN ERA DINASTI JIN BARAT

Recent Comments

  1. Andi Anwar on Mengenal Ciswak [2]
  2. Erwin R Tan on KELENTENG DAN AGAMA BUDDHA MENUJU KEHARMONISAN
  3. Huang Dada on REVIEW FILM : MULAN 2020

Archives

Categories

agama Bandung budaya budaya tionghoa buddhisme capgome dewa Diaspora dinasti ming dinasti qing dinasti song dinasti tang fengshui Festival filsafat fotografi hakka Hengki hokkian Huangdi imlek jin yong kelenteng kematian kisah laozi lasem Li Bai Marga marga li marga tan marga tionghoa peranakan pernikahan sastra seri LF she Siauw Giok Tjhan sne tao taoism taoisme tibet tionghoa zheng he

© 2023 Budaya Tionghoa | Powered by Minimalist Blog WordPress Theme