Guan Li 冠礼 atau upacara kedewasaan anak lelaki menurut adat istiadat bangsa Tionghoa
Guan 冠 adalah penutup kepala yang sangat penting dalam komposisi atau bagian dari busana tradisional orang Tionghoa ( Hanfu 汉服), 冠 Guan dalam kamus Shuowen 《说文解字》 menjelaskan : “弁冕之总名也。” artinya nama umum dari Mian3 冕 dan Bian4 弁. Mian 冕 adalah topi yang dipakai oleh kaisar/ raja jaman dulu, sedangkan Bian 弁 adalah sabuk pengikat kepala yang biasanya terbuat dari kain beludru, sutra, maupun kulit rusa putih.
冠 guan , aksara ini terdiri dari tiga komponen huruf yakni “冖” mi4, yang artinya menutup dengan kain maupun sutra, kedua terdiri dari komponen aksara 元 yuan yang berarti kepala, Xu Kai mengatakan 徐锴曰:“取其在首,故从元。古亦谓冠为元服” artinya mengambil maknanya yang berada di kepala , karena itu memakai komposisi aksara Yuan 元 , jaman dulu “guan ” 冠 disebut Yuanfu 元服 (pakaian kepala) . Dan yang ketiga adalah “寸” cun4 ukuran zaman dulu , kalau sekarang diartikan inchi, dan juga berarti memperkirakan, perkiraan, takaran, ukuran. seperti yang dikatakan dalam Kitab Sejarah Dinasti Han yang dikarang Ban Gu 班固 mengatakan 《汉书·律历志》云:“度量衡皆起于黄钟之律,一黍为分,十分为寸,十寸为一尺。又寸者,忖也,有法度可忖也。凡法度字皆从寸” . Dalam kamus shuowen-nya Xu Shen mengatakan 《说文》说:“冠有法制,故从寸。” ( penutup kepala memiliki sistem hukum, karena itu tersusun dari aksara Cun = takaran).
Apa itu kematian ? Bagaimana menyikapi mati ?Ingat akan perkataan Kong Zi (551-479 BCE ) saat ditanya apakah alam kematian, Kong Zi menjawab,”Tidak tahu hidup bagaimana tahu mati” 未知生焉知死.Ini adalah jawaban yang baik karena banyak manusia yang tidak memaknai hidupnya bahkan banyak manusia yang takut hidup tapi tidak takut mati, misalnya saja banyak orang yang bunuh diri bahkan bunuh diri dengan membawa mati anak-anaknya karena kesulitan ekonomi dan menggunakan mati sebagai jalan untuk melarikan diri dari kenyataan.Tentunya ini adalah mereka yang takut hidup berbeda dengan mereka yang bunuh diri dengan tujuan yang berbeda dan bagaimana pelaku bunuh diri itu memaknai bunuh diri itu yang membedakan, misalnya bhiksu Thic Quang Duc yang membakar diri sebagai bentuk protes atas perang Vietnam atau Macan Tamil yang mempelopori aksi bom bunuh diri, jendral Kobayashi yang melakukan seppuku dan banyak contoh lainnya.
Menjelajahi misteri ciamsi dan pwa pwee
Pendahuluan
Ciamsi dan pwapwee adalah barang yang umum dapat dilihat dalam kelenteng-kelenteng. Hampir semua umat kelenteng mengenal metode ini dan selalu dianggap sebagai metode peramalan dan tidak jarang ada yang mentertawakan metode ini karena dianggap tahayul atau rumus probilitas belaka dan tidak ilmiah. Tidak sesuai logika, jawaban mereka yang mentertawakan itu. Menurut prof.Bambang Soegiharto, “Kini makin disadari pula bahwa ‘logika’ sesungguhnya tidaklah satu, bukanlah hanya logika formal ala Aristoteles.Logika adalah sistem-sistem yang digunakan untuk menalarkan dan menjelaskan hubungan sebab-akibat, dan ada bermacam sistem.Sistem itu lahir seringkali sebagai konsekuensi dari ‘worldview’ (falsafah) tertentu yang khas, dan dipengaruhi karakter bahasa tertentu yang spesifik.” Sedangkan logika yang digunakan untuk mentertawai adalah logika dari kerangka berpikir barat. Bambang Soegiharto menambahkan bahwa “Orang kini makin menyadari bahwa realitas tak pernah lepas dari tafsiran: hidup berarti menafsir. Dan penafsiran selalu ditentukan oleh kerangka pemahaman awal kita (mind-frame), tak ada tafsir obyektif netral murni.” Manusia memang selalu menafsir semua yang ada dalam kehidupannya, disini kita juga harus menyadari bahwa ciamsie dan pwa pwee tidak lepas dari menafsir apa yang tersirat maupun tersurat.